Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Senin, 18 Maret 2013

Direkat Lem dan Seks Bebas

Lihatlah, anak-anak itu berlarian berebut ke kaca mobil. Mereka menadahkan tangan mengharap belas si pengemudi. Hampir setiap malam perempatan traffic light Jalan Pahlawan-Tanjungpura dan Imam Bonjol, itu dihiasi anak-anak mengemis. Padahal malam sudah larut.
Mereka, anak lelaki dan perempuan mungkin putus sekolah. Bisa jadi masih sekolah. Boleh jadi pula mereka disuruh orang tuanya mengemis. Atau inisiatifnya sendiri memperoleh uang gampang. Yang paling mengerikan, kalau akhirnya mereka hanyut ikutan beli lem.
Dalam penggerebekan yang kesekian kalinya oleh Polsekta Pontianak Utara dan Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kalbar pekan lalu di Pemakaman Tionghoa Pontianak Utara, kondisinya menyedihkan. Bahkan sangat memilukan hati.
Puluhan mereka asyik berkumpul kelompok per kelompok. Sedikitnya satu kelompok lima orang. Mereka memasukkan hidung ke kantong plastik, menghirup dalam-dalam bau lem hingga ke paru-paru, sampai terasa ke otak!
Ada yang sudah teler terbaring dengan mata sulit dibuka, hanya kaki dan tangan bergerak pelan. Lebih gila lagi, ada kelompok yang bercinta. Aduh, mereka di bawah umur, anak belasan tahun baru gede. Mereka ada yang masih sekolah dan juga putus sekolah.
Ketika digiring ke Mapolsek, beberapa anak sudah tak sadarkan diri tenggelam dalam aroma lem yang menyengat. Polisi dan pengurus YNDN Kalbar pun sibuk memilah mereka untuk pemeriksaan lanjutan bersama polisi.
Ketika mulai sadar dari pengaruh lem, dalam pemeriksaan awal, sejumlah anak yang terjaring mengakui mengisap lem itu berawal dari coba-coba. Diawali dengan nongkrong sepulang sekolah, lalu dibujuk, dirayu, diajak bahkan ditantang kawan-kawan bagaimana rasanya menghirup lem.
Sebut saja si Komeng (bukan nama sebenarnya). Anak usia 13 tahun ini setelah coba menyedot lem mengaku macam-macam. “Agak pusing dan pikiran melayang dan rasa khayal yang tinggi,” tuturnya.
Menurut rata-rata mereka, ada efek yang tidak jelas dialami ketika mengisap bau lem. Setelah itu ingin lagi. Mereka minta uang jajan agak banyak atau mengemis bagi anak keluarga miskin, akhirnya mengisap lem terjadi berulang-ulang kali malamnya.
“Saya coba-coba mengisap lem karena melihat teman, jadi saya coba dan ingin tahu rasanya. Waktu mengisap, ada rasa yang tidak jelas yang saya rasakan. Pusing, ngambang, dan ketika mengisap terus saya bisa mengkhayal,” ungkap Popy (nama samaran) yang masih bawah umur dan putus sekolah.
Puluhan anak-anak itu bisa bebas berkumpul dan berbuat apa saja. Mereka sudah tergantung pada lem. Tak ada yang melarang, bertahun tiada yang mengawasi, inilah dunia kelam mereka yang berbinar khayal, asyik.
“Di sana itu kami merasa bebas melakukan apa pun. Mau ini mau itu tidak ada yang mencegah dan melarang, jadi kami pun kumpul setiap harinya. Malahan kami sering bermalam di tempat kami berkumpul,” ungkap Popy lagi.
Celakanya, akhirnya mereka malas dan enggan pergi ke sekolah. Turun dari rumah, bawa buku, minta uang jajan, dan tujuannya ke tempat berkumpul. Lainnya tak penting, yang penting kumpul sama teman-teman dan ngelem, ngesek, ngepop juga (break-dance dan joget).
“Saya putus sekolah karena saya menjaga adik. Karena waktu itu ibu saya baru melahirkan. Untuk menghibur diri saya kumpul bersama teman-teman. Kumpul dan ngelem sudah menjadi kebiasaan saya,” tutur gadis mungil Popy.

Ditambah telan DMP dan Code-in

Dari keterangan beberapa korban lem, tak jarang dan bahkan kerap, ketika sudah ngelem dengan dosis tinggi juga diselingi dengan obat anjing, yakni DMP dan Code-in (anti alergi dan penenang).
“Kami kalau sudah menelan obat itu langsung berhalusinasi. Seperti kami ini tak jejak saat berjalan di tanah kalau sudah makan pil itu. Tapi harus ada campurannya,” ungkap Lolipop (bukan nama sebenarnya).
Gilanya, menurut pengakuan Lolipop, pil DMP dan Code-in biasanya dicampur dengan arak dan Adem Sari. “Kadang pil itu sampai ratusan yang dicampurnya. Kalau minumnya sikit-sikit. Kadang juga kami ini sekitar belasan menggunakannya di kuburan itu. Kalau dosisnya kurang, pil itu kawan kami tambah, agar cepat bereaksi,” ungkapnya.
Lolipop mengaku tak hanya di pemakaman saja, banyak tempat dijadikan tempat ngumpul. Bahkan teman-teman pernah minta uang sama petugas Jembatan Timbang, kemudian dibelikan lem lagi.
“Di sana itu ada namanya Anton, dia ini tukang belikan kami pil DMP dan Code-in. Kemudian kami bersama-sama minum obat itu, ditambah lagi ngelem dan lain sebagainya. Jadi ini faktanya bahwa saya tidak berdua dengan Popy saja,” tegas Lolipop yang protes pernyataan Walikota Sutarmidji di teve lokal, lantaran disebut hanya mereka berdua saja yang ngelem, ngesek, ngobat.
Bahkan Popy mengaku sudah dua kali berhubungan badan di pemakaman tersebut dan tempat lain juga yang dilakukan dengan orang yang berbeda.
“Saya ini pernah mabuk lem. Kemudian saya dalam keadaan tidak sadar saya disetubuhi bapak-bapak yang lagi sabung ayam. Kemudian saya ini puas bermalam di sana. Jadi saya tahu kondisi di sana itu seperti apa. Jadi jangan bilang hanya dua anak saja. Anak-anak di sana itu banyak, baik pagi, sore, dan malam,” ungkap Popy.
Setelah dalam rangkulan YNDN Kalbar, Popy dan Lolipop mengaku telah sadar, telah merusak diri, merusak kesehatan. “Kami berharap bisa sekolah lagi, karena kami juga mempunyai cita-cita.”
Di tempat terpisah, Rakyat Kalbar ngobrol dengan tiga anak yang kedapatan sedang pesta mengisap lem dan ketiganya dalam pengaruh lem. Mereka adalah Td, 14, putus sekolah. Kemudian RD, 14, siswa SD, dan AN, 15, siswa SMK di Pontianak Utara.
TD biasa ngelem di area kuburan. Bahkan biasa tidur di situ hampir setiap malam. “Tadi saya mau baring habis ngelem lalu ada polisi nangkap kami. Saya jarang pulang ke rumah, karena ibu dan bapak sudah bercerai dan semuanya nikah lagi,” ungkapnya perih terbata-bata.
TD mengaku kenal Popy dan Lolipop yang juga berusia 14 tahun kini diamankan polisi malam sebelumnya saat razia. Ia juga mengaku biasa menginap bersama namun tidak pernah melakukan seks.
“Saya hanya ngelem dan tidak melakukan seks, tapi yang biasa saya lihat banyak orang-orang yang lebih besar yang biasa melakukan seks di kuburan termasuk si Lolipop,” katanya.
Beda dengan AN, dia mengaku minum minuman keras di lokasi tersebut. Dia mengaku banyak masalah dalam keluarganya. “Saya masih sekolah di SMK dan kami biasa kumpul-kumpul di kuburan dengan teman-teman,” ujarnya.