Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Rabu, 13 Maret 2013

Pemuda dan Dua Gadis Bawah Umur Digerebek

Ngelem Sambil Ngeseks
Kedua gadis bawah umur melapor ke Polresta Pontianak
Syamsul Arifin
Kedua gadis bawah umur melapor ke Polresta Pontianak didampingi Direktur YNDN dan orang tuanya
Pontianak – Dijamu pakai lem dan minuman keras (miras) di kuburan Tionghoa Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, dua gadis bawah umur berinisial El, 15, dan Ek, 15, sempoyongan. Setengah sadar, kedua gadis tersebut digerayangi pemuda berinisial Ti, pria yang menjamunya lem dan miras, Senin (12/3) malam.
Warga yang mengetahui adanya pesta ngirup lem dan miras di kuburan Tionghoa melapor ke Polsek Pontianak Utara. Jajaran Reskrim Polsek bersama Devi Tiomana, Direktur Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN), melakukan penggerebekan. Kedua gadis tersebut terkapar dengan rambut dan pakaiannya acak-acakan. Sedangkan Ti juga terkapar di samping kedua gadis yang diracuninya menggunakan lem dan miras. Mulut mereka bau lem dan miras. Polisi juga menemukan kaleng lem dan botol miras. Kedua gadis bawah umur El dan Ek digelandang ke Mapolsek Pontianak Utara.
“Sudah menjadi fenomena yang luar biasa. Apalagi pelaku ngelem tidak hanya melibatkan kalangan remaja saja. Tapi juga anak bawah umur. Bisa dibayangkan anak yang baru berumur di bawah lima tahun yang seharusnya berada dalam dekapan orang tuanya, malah berada di suatu kompleks pemakaman dengan menghirup lem. Jika ini terus dibiarkan akan mengancam kelangsungan generasi muda di Kota Pontianak,” ungkap Devi.
Devi berjanji akan melakukan pendampingan dan identifikasi, termasuk memberikan beasiswa bagi anak yang kurang mampu agar bisa kembali lagi ke sekolah. Hanya saja, persoalan yang sering dihadapi, masih minimnya kesadaran masyarakat, bahkan orang tua untuk melaporkan kasus-kasus pelecehan seksual yang menimpa anak-anaknya.
Kapolsekta Pontianak Utara Kompol Tober Sirait mengatakan jajarannya sudah beberapa kali melakukan penertiban di lokasi pemakaman Tionghoa di wilayah kerjanya. Namun masih saja ada anak-anak mengulangi kembali perbuatan serupa. “Kami masih kesulitan memproses secara hukum, mengingat belum adanya dasar hukum bagi para pengisap lem tersebut. Dan bagi pelaku pelecehan seksual, jika terbukti dari hasil pemeriksaan, akan dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara,” tegas Tober.
Ketika diinterogasi Kapolsek, satu dari anak perempuan itu mengaku sudah tiga kali disetubuhi Ti. Selain Ti, ada lagi pria yang menikmati tubuh seksinya. Polisi saat ini mencari pria lainnya yang ikut menyetubuhi gadis bawah umur tersebut.
“Saat ini dua anak bawah umur tersebut berstatus korban dan kita lakukan koordinasi dengan pihak Polresta serta dilakukan visum terhadap keduanya. Sedangkan TI saat ini masih dalam pemeriksaan dan diserahkan ke Polresta Pontianak,” ujarnya. Diakui Tober, sudah beberapa kali menemukan anak bawah umur yang menghirup lem.
Ketika ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan visum, El mengaku bersama teman-temannya pria dan wanita berjumlah belasan orang berkumpul di pemakaman Tionghoa. “Saya tidak melakukan apa-apa, saya ditangkap jam 11 malam dan hanya kumpul-kumpul. Biasanya seminggu dua kali. Memang di situ biasanya ramai. Saat itu ada belasan orang tapi beda-beda kelompok yang ngumpul,” ujar El.
Sementara itu tersangka Ti mengaku belum kenal lama dengan kedua perempuan tersebut. Ia mengaku di pemakaman tersebut bermain gitar bersama kedua perempuan tersebut. ”Saya baru kenal dan main gitar sambil minum arak, tidak ada berbuat apa-apa. Memang di kuburan sering ramai orang. Saat itu ada belasan orang dan memang biasa di situ banyak yang ngelem dan bercinta,” ungkapnya.
Pemuda ini mengaku pernah pacaran dengan salah satu perempuan tersebut. Bahkan pernah melakukan hubungan badan, namun bukan di kuburan. “Kami lakukan suka sama suka, tapi di rumah melakukannya,” katanya.

Satu Jam Kakek Cabul Bersama Bocah 5 Tahun di Dalam Kamar


Satu Jam Kakek Cabul Bersama Bocah 5 Tahun di Dalam Kamar
google
JAKARTA - Ibunda WAS, SN (28) menjelaskan diketahuinya pencabulan yang dilakukan Jaya Kono (60), kakek dua cucu tetangganya terhadap WAS, Senin (4/3/2013) sore lalu berawal saat ia kebingungan mencari anak pertamanya itu."Saya lalu lihat sandal anak saya di depan rumah Abah (Jaya Kono-Red). Saya curiga dan langsung masuk ke dalam rumahnya," kata SN. Selasa(12/3/2013).
Menurut SN, saat masuk ke dalam kamar, ia melihat anaknya menangis sambil memegang uang Rp 2000.
Saat itu celana dalam anaknya sudah melorot. Di dalam kamar itu pula, kata SN, ada Jaya Kono sedang berusaha menenangkan WAS.
"Anak saya di atas tempat tidur dengan posisi duduk. Sedangkan abah duduk di kursi yang berada di samping kasur," kata SN.
Menurut SN, ia sempat bertanya kepada Kono apa yang dilakukannya pada anaknya. Saat itu Kono berdalih bahwa WAS mau buang kecil diatas kasur namun dilarang oleh Kono sehingga menangis.
"Saya enggak percaya omongan Abah. Enggak mungkin anak saya mau pipis sembarangan. Anak saya enggak begitu, dia anak cerdas," kata SN.
SN mengaku saat itu ia langsung pergi meninggalkan rumah Jaya Kono, kakek dua orang cucu dan tiga anak itu.
Di rumahnya, SN menanyakan pada WAS apa yang terjadi. Dengan polos bocah perempuan berusia 5 tahun itu mengaku kalau kemaluannya dipegang-pegang oleh Jaya Kono.
"Kata anak saya, kemaluan anak saya dipegang-pegang sama si abah. Katanya lagi tangan si abah kasar terus coba masukin tangannya ke dalam kemaluan," kata SN.
Mendengar pengakuan anaknya itu, SN lalu mengadukannya ke keluarga dan warga sekitar.
Sontak, seketika warga sekitar geger.
Tak lama kemudian suami SN atau ayah WAS, yakni TH pulang ke rumah dari tempat kerjanya di kawasan Bekasi.
Mendengar sekilas cerita warga, TH sempat marah dan mengamuk di depan rumah Jaya Kono. Namun akhirnya pengurus RT membawa TH dan Jaya Kono ke rumahnya.
Disana Kono sempat berdalih mencabuli WAS. Namun dia membuat pernyataan diatas meterai Rp 6000 tidak akan mengulangi perbuatannya dan akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa pada WAS.
Usai pernyataan pelaku TH kembali ke rumah. Dari keterangan istrinya TH justru makin geram. Ia kembali sempat mengamuk dan hendak melabrak Kono.
Beruntung ia berhasil ditahan warga.
TH menuturkan, keesokan harinya pada Selasa (5/3/2013), ia membawa anak pertamanya WAS ke RS Cita Harapan, Bekasi untuk memeriksa kondisi kemaluannya.
"Dari hasi pemeriksaan di sana, kemaluan anak saya mengalami infeksi ringan dan selalu keluar lendir. Anak saya dikasih obat," kata TH.
Menurut TH, dokter tidak dapat memastikan apakah infeksi yang terjadi pada anaknya akibat perbuatan cabul Jaya Kono atau bukan.
Karena hal itu, TH lalu melaporkan peristiwa dugaan pencabulan pada anaknya WAS ke Mapolrestro Jakarta Timur, Rabu (6/3/2013).
"Oleh polisi, anak saya divisum ke RSCM. Hasilnya bagaimana, saya belum tahu," kata TH.
TH berharap polisi menindaklanjuti kasus ini karena, anaknya WAS saat ini mengalami trauma dan ketakutan. Akibatnya sampai Selasa (12/03/2013) WAS belum juga mau bersekolah.
"Anak saya masih kelihatan ketakutan dan belum mau masuk sekolah TK," kata TH.

Ini Kakek Cabul yang Genit


 
Ini Kakek Cabul yang Genit
IST
Ilustrasi
Jakarta - J (60), terduga pelaku tindakan cabul pada tetangganya, NA (5), dikenal sebagai pribadi genit di lingkungan rumahnya di Cakung, Jakarta Timur. Hal tersebut kerap ditunjukkan JK baik kepada anak-anak ataupun orang dewasa di sekitar rumahnya.
"Kalau ketemu perempuan, suka colak-colek. Memang orangnya cabul kalau sama perempuan," ujar Y (32), bibi korban kepada wartawan, Selasa (12/3/2013) siang. JK adalah tetangga NA. Rumahnya hanya sejarak sekitar 10 meter dari rumah korban.
JK memiliki seorang istri, tiga anak, dan dua cucu yang sama-sama tinggal di rumah tersebut. Y melanjutkan, aksi genit JK itu tidak pernah dikomplain oleh warga sekitar karena hanya dianggap gurauan saja.
Namun, saat keponakan Y mengaku menjadi korban tindakan cabul JK, ia pun mengubah persepsinya terhadap pria tua.
Lebih jauh, berdasarkan informasi dari tetangga, tindakannya yang genit terhadap orang-orang di sekitar rumahnya itu terjadi karena JK depresi akibat istrinya yang permintaan naik ranjang.
Hal itu terjadi lantaran pelaku mengidap penyakit diabetes berapa tahun lalu. "Dengar-dengar dari orang-orang sini memang begitu. Stress dia (pelaku) karena nggak pernah berhubungan sama istrinya," lanjut Y.
Sebelumnya diberitakan, NA (5) mengaku telah dicabuli tetangganya sendiri berinisial J (60) pada Senin (4/3/2013) siang. Berdasarkan visum di Rumah Sakit Citra Harapan, Bekasi, Jawa Barat, kelamin NA mengalami infeksi ringan. Keluarga melaporkannya ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resort Metro Jakarta Timur, Rabu (6/3/2013).

Seks Bebas Merasuki Remaja

Pontianak – Perlakuan sadis NN, 17, yang menggorok leher bayinya sendiri, salah satu akibat dari pergaulan bebas. Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Sajingan Besar, Sambas itu tidak memikirkan dampak atas perbuatannya.
“Saya rasa ini semua akibat dari seks bebas. Karena masa-masa SMA itu sangat rawan untuk keingintahuan atas seks. Padahal perbuatan itu sangat membahayakan, maka terjadi hamil lalu diabrosi dan sebagainya,” ujar sosiolog anak Fitri Sukmawati MPsi kepada Rakyat Kalbar, Senin (3/12).
Sebagai orang tua sangat penting memantau dan mengawasi perkembangan anak-anaknya. “Kalau memang perilakunya sudah berubah, baik dari cara berpakaian dan sebagainya, orang tua harus memberikan penjelasan kepada anaknya untuk tidak terjerumus dalam pergaulan bebas,” jelasnya.
Dari lembaga pendidikan juga memberikan pembelajaran tentang seks di sekolah. Penjelasan dalam arti supaya anak-anak remaja tahu risikonya kalau melakukan seks bebas. “Di sekolah juga ada badan konseling (BK), guru tersebutlah bisa melihat bagaimana perilaku siswanya. Kalau memang sudah berubah, segera melakukan pendekatan secara pribadi,” kata Fitri.
Masa-masa remaja apalagi anak-anak SMA, sangat membutuhkan orang yang terdekat atau pendamping dirinya. “Biasanya mereka itu kalau sudah jatuh cinta, apa pun rela mereka lakukan. Tidak perlu berpikir panjang, makanya kita sebagai orang tua dan pihak pendidikan harus bisa mengarahkan masa puber mereka, jangan sampai salah jalan,” jelas Fitri yang juga dosen STAIN Pontianak.

Seks Bebas Merajalela

Singkawang – Pergaulan bebas di Kota Singkawang semakin parah. Seks bebas (free sex) merajalela di kalangan remaja. Alhasil, dari jumlah angka pernikahan, sekitar 30 persen di antaranya hamil duluan.
“Ini berdasarkan laporan dari salah seorang Kepala Kantor Urusan Agama (KUA),” kata Drs HM Nadjib MSi, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMP dan KB) Kota Singkawang, kepada wartawan, Minggu (10/3).
Dia menjelaskan, Kepala KUA yang dimaksud itu memang tidak menyebutkan jumlah pernikahan di kantornya secara mendetail. Tetapi dari jumlah keseluruhan, mencapai 30 persen menikah karena wanitanya sudah hamil.
Parahnya lagi, kata Nadjib, dari pasangan menikah yang wanitanya dalam keadaan hamil itu usianya masih belasan tahun atau di bawah usia pernikahan. Artinya masih pada usia sekolah.
Dikarenakan hamil duluan, jelas Nadjib, bagi yang masih sekolah tentunya akan di-drop out (DO) dari tempatnya menuntut ilmu, begitu pula pasangan yang menghamilinya. “Secara otomatis akan dikeluarkan dari sekolah. Sehingga pendidikannya akan terputus di tengah jalan, dengan pendidikan seperti itu maka akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan,” terang Nadjib.
Akibat tidak adanya pekerjaan itu, tambah Nadjib, tentunya akan membebani kedua orang tuanya. “Ditambah dengan usia mereka yang masih belia, tentu sangat rentan terhadap perceraian,” katanya.
Hal ini tentunya menjadi salah satu penyumbang tingginya angka perceraian di Kota Singkawang. Bayangkan saja, setiap harinya pengadilan agama menangani hingga 15 kasus perceraian.
Menurut Nadjib, agar permasalahan pergaulan bebas yang dapat menimbulkan persoalan lainnya, setiap orang tua dituntut untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam keluarganya.
“Sekolah juga jangan hanya mengajar. Para pelajar itu perlu diberikan budi pekerti agar mereka menjauhi pergaulan bebas. Kalau pergaulan bebas dibiarkan berkembang seperti sekarang, maka yang terjadi adalah rusaknya generasi,” ingat Nadjib.
Terkait persoalan ini, kata Nadjib, BPMP dan KB juga tidak berpangku tangan. Tindakan antisipasi terus dilakukan seperti membentuk kelompok remaja dan forum anak.
“Di dalam lembaga itu kita melatih mereka untuk menjadi pendidik sebaya yang akan memberikan konselor dengan baik. Misalnya kalau temannya ada masalah maka pendidik sebaya ini akan mendekati dengan memberikan bimbingan,” papar Nadjib.