Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 22 Januari 2013

Jangan Sepelekan Kasus Pembunuhan

Polda Bentuk Tim, Kedaluwarsa 18 Tahun

Pontianak – Harnofiah Fitriani, 15, siswa SMK Negeri I Mempawah itu terpampang wajahnya di baliho setelah tewas dibunuh Desember tahun lalu. Sampai hari ini kasus dan pelakunya masih misteri.
“Itu kasus kejahatan yang paling besar. Tidak ada alasan untuk dibiarkan dan selayaknya pelaku segera ditangkap,” tutur Ferrys Zainuddin, pengamat hukum dari Universitas Tanjungpura kepada Rakyat Kalbar, Minggu (20/1).
“Mungkin pihak kepolisian masih bekerja untuk mengungkap kasus tersebut. Harapan keluarga, juga masyarakat tentu saja, polisi harus segera menangkap pelakunya. Jangan ada pandang bulu, terbukti bersalah tangkap dan tegakkan hukum,” tegas Ferrys.
Karena itu Ferrys berharap polisi khususnya di wilayah hukum Kabupaten Pontianak itu harus bekerja profesional. “Tunjukkan rasa keadilan dan tegakkan hukum demi masyarakat. Biarpun pelaku itu anak orang kaya, anak pejabat, dan miskin pun tak ada bedanya. Harus tetap diproses hukum,” tegasnya.
Karena itu Ferrys menyarankan kalau memang kasus ini tidak bisa diungkap oleh Polres Mempawah keluarga harus lapor ke Polda. Dan kalau akhirnya masih juga belum terungkap siapa pelakunya, lapor saja ke Kapolri.
“Saya yakin tidak mungkin polisi tidak bisa mengungkapnya. Karena memang itu sudah kerjanya. Tapi ingat jangan sampai kasus itu disepelekan yang akhirnya seperti ini nih, lamban dan berlarut-larut,” ujarnya.
Namun, lanjut Ferrys, semua pihak terutama keluarga korban harus bisa menahan diri dan tetap bersabar. Serahkan saja kasus ini kepada pihak kepolisian.
“Kita percayakan pihak polisi bisa mengungkapnya. Dengan harapan pelaku harus dihukum dengan seberatnya, sesuai dengan hukum yang berlaku,” ujarnya.

Kedaluwarsa 18 tahun

Belum terungkapnya kasus pembunuhan dan dugaan pemerkosaan Harnofiah Fitryani, ditemukan mengapung di rawa-rawa Desa Sungai Bakau Besar Laut 300 meter dari kediamannya, membuat Polda pun turun tangan.
“Kasus ini bukan Polres Pontianak saja yang melakukan penyelidikan, tetapi Polda juga turun langsung untuk menyelidiki. Tidak hanya itu, Polda juga membentuk tim dan bekerja sama dengan pihak Polres Pontianak,” ungkap Kapolda Kalbar Brigjen Tugas Dwi Apriyanto melalui Humas AKBP Mukson Munandar, Minggu (20/1) siang.
Terkait kekecewaan keluarga hingga memasang sejumlah baliho, menurut Mukson bukan berarti pihak kepolisian tidak mau melakukan pengungkapan kasus.
“Namun pihak kepolisian masih mengumpulkan data-data yang diketahui di lapangan. Kami berharap dengan keluarga agar kasus ini diserahkan ke pihak berwajib,” ungkapnya.
Pihak keluarga memang sejak awal sudah menyerahkan kasus kepada kewenangan dan otoritas kepolisian. Dari hasil pemeriksaan beberapa saksi menurut Mukson, keterangannya masih belum bisa mengarah kepada tersangka.
“Keterangan saksi tak ada yang kuat untuk menetapkan siapa pelakunya. Meskipun demikian, pihak kepolisian terus bekerja keras untuk mencari pelakunya,” kata Mukson.
Pihak keluarga diharapkannya bersabar sambil membantu pihak kepolisian mencari saksi-saksi yang mengetahui tentang dugaan pelaku. “Kalau data itu sudah akurat, warga maupun pihak keluarga, segera melaporkan ke pihak kepolisian, agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Polisi bukan tidak bekerja, tapi terus berusaha mencari para pelakunya,” ungkapnya.
Bagaimanapun, kata Mukson, pihak kepolisian terus melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap beberapa saksi dan tidak berhenti sebelum terungkap.
“Kedaluwarsanya sekitar 18 tahun. Tetapi jika 18 tahun itu menemukan titik terang, pihak kepolisian memperpanjangnya. Bisa juga tidak ada kedaluwarsa,” ungkapnya.

Pembunuh Fitryani Tak Terungkap, Keluarga Pasang Baliho

Baliho Fitria terpampang di pohon palem pinggir jalan raya Pontianak-Mempawah
Baliho Fitria terpampang di pohon palem pinggir jalan raya Pontianak-Mempawah
Mempawah – Habis sudah kesabaran dan penantian orang tua korban pembunuhan Harnofiah Fitryani, 15, yang tewas diperkosa dan ditemukan jenazahnya 20 Desember 2012 silam.
Karena merasa pengungkapan pihak berwajib lamban dan diduga mengendap, remaja bawah umur yang ditemukan tak bernyawa 300 meter dari kediaman neneknya, Sungai Bakau Besar Laut, itu merisaukan pihak keluarga.
“Sampai dengan hari ini belum ada titik terang kasus tewasnya Fitria. Kita masih menunggu dan terus menunggu sambil memantau hasil perkembangan penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian,” kata Iwan Supardi, Kepala Desa Kades Sungai Bakau Besar Laut (SBBL), kepada Rakyat Kalbar, Jumat (18/1).
Akhirnya habis sudah kesabaran pihak keluarga. Mereka pun memasang baliho almarhumah Harnofiah Fitryani, siswi SMK Negeri 1 Mempawah itu di pinggir jalan raya Pontianak-Mempawah, antara Desa Bakau Kecil hingga Desa Bakau Besar Laut, Kecamatan Sungai Pinyuh.
Tak dijelaskan berapa banyak baliho yang dipampang di batang pohon palem dan pohon lainnya. Setidaknya wartawan RK Biro Mempawah menemukan dua baliho gadis cantik itu dengan tulisan yang sarkastis dan memilukan seperti berikut:
Harnovia Fitriani. Umurku baru 15 tahun. Siswi SKM Mempawah. Aku korban perkosaan dan pembunuhan. Tempat kejadian di Desa Bakau Besar Laut, saat pulang dari sekolah. Dinyatakan hilang 18 Desember 2012, ditemukan mayat 20 Desember 2012.
Relakah Anda jika nasib serupa menimpa pada anak Anda? Adik Anda? Kakak Anda? Saudara Anda? Keluarga Anda? Bahkan ibu Anda?
Para saksi mata mari bantu polisi, menemukan pelaku dan otak pelaku pemerkosaan serta pembunuhan ini, atau suatu saat nanti nasib seperti ini menimpa Anda. Karena otak pelaku dan pelakunya masih berkeliaran!!!

Berharap terungkap

Di baliho itu dipasang foto besar gadis yang akrab disapa Fitria. Sudah tiga hari ini baliho itu dipampangkan pihak keluarga. Pihak keluarga berharap warga tergugah kepeduliannya untuk memberikan informasi. Masyarakat dimohonkan untuk berpartisipasi mengungkap kasus kematian putri bungsu dua bersaudara itu.
“Dipasangnya baliho ini dengan harapan kematian Fitria segera terungkap. Diharapkan juga partisipasi masyarakat untuk membantu proses penyelidikan yang dilakukan kepolisian. Jika ada saksi mata yang mengetahui informasi kasus tersebut, hendaknya dapat menyampaikan kepada polisi,” kata Iwan.
Sekecil apa pun informasinya, lanjut dia, mungkin saja bisa membantu polisi untuk bekerja mengungkapkan kasus itu.
“Kami berterima kasih atas besarnya kepedulian masyarakat untuk mengungkap pelaku pembunuhan ini. Kita juga berharap polisi segera menemukan titik terang dan meringkus pelaku yang hingga saat ini masih bebas berkeliaran,” tegas Iwan.
Pihak keluarga mengaku memasang baliho di pinggir jalan raya Desa SBBL dan di beberapa lokasi lain termasuk di Desa Bakau Kecil. Mereka sangat berharap kasus ini terungkap.
“Baliho itu dipasang oleh keluarga, dari ayah korban yang bertempat tinggal di Kota Pontianak. Saya juga tidak tahu pasti berapa banyak jumlah balihonya, tetapi informasi yang saya dapat dipasang hingga di Desa Bakau Kecil,” kata keluarga Fitria yang enggan namanya dikorankan.
Meski demikian, dia mengaku pihak keluarga sepenuhnya menyerahkan upaya pengungkapan kasus kematian keponakannya itu kepada aparat berwajib. “Sejak awal kami sudah menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada aparat hukum untuk mengungkapnya. Semoga saja kasus ini cepat terungkap,” harapnya.

Penyelidikan sesuai aturan

Kapolres Pontianak AKBP Sigit Dedy Purwadi mengaku jajarannya masih berupaya mengungkap pembunuhan Fitria. Polisi mengedepankan prosedur penyelidikan sesuai aturan.
“Sudah ada 19 saksi yang kita mintai keterangannya terkait kasus ini. Tetapi dari keterangan saksi, belum ada yang mengarah pada pelaku pembunuhan. Kita tidak akan melakukan penyelidikan tanpa adanya bukti yang autentik. Misalnya, dengan cara magic karena bukan suatu prosedur yang benar,” tegas Sigit.
Meski belum mendapatkan titik terang, Sigit memastikan jajarannya tetap bekerja keras siang dan malam memecahkan kasus pembunuhan tersebut. Dia berjanji akan tetap melakukan penyelidikan hingga kasus ini terungkap.
“Kita tetap akan bekerja hingga kasus ini terungkap. Untuk itu, kami mengharapkan kerja sama masyarakat dan pihak lainnya untuk mendukung penyelidikan. Saya yakin, dalam waktu dekat kasus ini akan terungkap,” ujarnya.
Berita sebelumnya, Harnofiah Fitryani, 15, menghilang pada Selasa, 18 Desember 2012 lalu ditemukan tidak bernyawa lagi tiga hari kemudian. Jasadnya mengapung di rawa tak jauh dari rumahnya, Kamis, 20 Desember 2012 sekitar pukul 06.00 pagi.
Jasad Fitria pertama kali ditemukan Magdalena, warga RT 14 RW 03 Desa Sungai Bakau Besar Laut (SBBL), Kecamatan Sungai Pinyuh. Saat itu Magdalena hendak mencari kangkung di rawa. Namun bukan kangkung yang didapat, justru mayat siswi SMK Negeri 1 Mempawah.
Siswi jurusan Administrasi Perkantoran itu tertelungkup di antara tanaman keladi. Fitria ditemukan masih menggunakan seragam olahraganya berwarna merah-putih. Kepalanya terdapat tanda memar di kepala, diduga diperkosa, namun hasil visum masih menjadi rahasia pihak kepolisian.

Kapolsek Tak Masalahkan Baliho

A Fattah: Kita Masih Menduga-duga

Mempawah – Habis sudah kesabaran dan penantian orang tua Harnofiah Fitryani yang tewas diperkosa dan ditemukan jenazahnya 20 Desember 2012 silam. Pengungkapan yang lamban merisaukan pihak keluarga dan mereka cemas kasus mengendap.
Karena belum ada tanda-tanda bakal terungkap sementara sudah belasan saksi diperiksa, sejumlah orang dimintai keterangan, keluarga nyaris putus asa. Mereka pun memasang baliho Harnofiah Fitryani di pinggir jalan raya Pontianak-Mempawah, antara Desa Bakau Kecil hingga Desa Bakau Besar Laut, Kecamatan Sungai Pinyuh.
“Kita tidak mengetahui perihal pemasangan baliho tersebut. Yang pasti baliho itu bukan berasal dari kepolisian,” ujar AKP Iwan Setiawan, Kapolsek Sungai Pinyuh, menjawab Rakyat Kalbar tadi malam.
Kapolsek Iwan juga tidak mempermasalahkan apa saja tulisan yang ada di baliho dengan foto besar korban Harnofiah. Menurutnya, baliho itu sendiri hanya berisikan imbauan kepada masyarakat luas terkait kasus yang selalu menjadi perbincangan di masyarakat.
“Isi balihonya hanya berupa imbauan. Jadi tidak perlu juga kami permasalahkan. Yang pasti sampai saat ini kami selalu bekerja keras untuk mengungkap kasus ini,” tegas Iwan.
Sebelumnya, Kapolres Pontianak AKBP Sigit Dedy Purwadi mengaku jajarannya masih berupaya mengungkap pembunuhan Fitryani. Polisi mengedepankan prosedur penyelidikan sesuai aturan.
“Sudah 19 saksi yang kita mintai keterangannya terkait kasus ini. Tetapi dari keterangan saksi, belum ada yang mengarah pada pelaku pembunuhan. Kita tidak akan melakukan penyelidikan tanpa adanya bukti yang autentik. Misalnya dengan cara magic karena bukan suatu prosedur yang benar,” tegas Sigit.
Meski belum mendapatkan titik terang, Sigit memastikan jajarannya tetap bekerja keras siang dan malam memecahkan kasus pembunuhan tersebut. Dia berjanji akan tetap melakukan penyelidikan hingga kasus ini terungkap.
“Kita tetap akan bekerja hingga kasus ini terungkap. Untuk itu kami mengharapkan kerja sama masyarakat dan pihak lainnya untuk mendukung penyelidikan. Saya yakin, dalam waktu dekat kasus ini akan terungkap,” ujarnya.

Diawasi satpam

Untuk mengungkap kematian Harnofiah Fitryani, 15, jajaran Polres Pontianak memeriksa belasan siswa SMK Negeri 1 Mempawah. Jumlah saksi yang telah diperiksa sudah 19 orang. Hasilnya, belum ada satu pun tersangka.
“Memang ada beberapa siswa kami yang diperiksa oleh pihak kepolisian untuk mendapatkan informasi seputar kasus kematian salah satu siswi kami beberapa waktu lalu. Saya tidak tahu persis berapa jumlah siswa yang dimintai keterangan oleh polisi,” tutur Abdul Fattah, Kepala Sekolah (Kepsek) SMK Negeri 1 Mempawah kepada Rakyat Kalbar, Minggu (20/1) sore.
Abdul Fattah berharap polisi menemukan titik terang dan mengungkap pelaku pembunuhan dan pemerkosaan Fitryani. “Selama pelakunya belum terungkap maka kita masih menduga-duga. Kami sangat mendukung kinerja kepolisian dan berharap secepatnya dapat meringkus pelakunya,” harapnya.
Sejak siswinya ditemukan tewas dibunuh, Abdul Fattah meningkatkan pengamanan di lingkungan sekolah. Satpam sekolah menjaga ketat para siswa selama jam belajar berlangsung.
“Selama berada di lingkungan sekolah, siswa-siswi mendapatkan pengawasan yang ketat. Di depan gerbang ada satpam yang selalu mengawasi siswa. Kalaupun ada siswa yang akan meninggalkan lingkungan sekolah selama belajar, harus mendapatkan izin terlebih dahulu,” tuturnya.
Siswa SMK Negeri 1 Mempawah diimbau siswa agar tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenalnya. Terutama melalui jejaring sosial seperti Facebook dan lainnya.
“Apalagi mau diajak jalan dan lainnya. Kami juga meminta orang tua lebih mengawasi pergaulan anak-anaknya di lingkungan masyarakat,” kata Abdul Fattah.