JAKARTA - Polda Metro Jaya sejauh
ini belum bisa menyimpulkan apakah memang, R gadis berusia 11 tahun yang
saat ini tergolek lemah di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan,
Rawamangun, Jaktim diduga merupakan korban kekerasan seksual.
"Anggota kepolisian sudah datang menemui orang tua gadis itu. Dan
dari hasil tanya jawab dengan orang tua, anggota belum menemukan jika
gadis itu memang menjadi korban kekerasan seksual. Karena orang tuanya
sendiri tidak tahu kenapa anaknya sakit," ujar Kabid Humas Polda Metro
Jaya, Kombes Pol Rikwanto, Jumat (4/1/2013) di Mapolda Metro Jaya.
Kemudian kalaupun meminta keterangan dari R, sampai saat ini R masih
tergolek lemah dan mendapatkan perawatan di ICU RS Persahabatan.
Sehingga keterangan dari R sendiri baru bisa didapat jika R sudah sehat
dan pulih.
Lebih lanjut Rikwanto mengatakan dari pihak kedokteran secara etik
juga dokter belum menyimpulkan karena perlu penyembuhan terlebih dahulu,
sehingga perlu perawatan.
"R sendiri masih dirawat di ICU, kita masih tunggu dia sembuh.
Secara etik dokter belum mnyimpulkan karena perlu penyembuhan," kata Rikwanto.
Rikwanto menambahkan sambil menunggu perawatan R, anggota kepolisian
akan mencari tahu dan ikut membantu menyelidiki kasus ini. Namun yang
harus dipastikan terlebih dulu yakni apa penyakit yang sebenarnya di
derita gadis kelas lima SD tersebut.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, seorang gadis berinisial R (11)
terbaring lemah tak sadarkan diri di Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, sejak Sabtu lalu (29/12/2012.
Bahkan kini ia harus mengandalkan hidupnya pada alat bantu pernafasan.
Kemaluan bocah itu juga masih merah membengkak, walau pun dokter
sudah membersihkan nanah dan segala macam luka yang hingga kini
penyebabnya belum diketahui.
Asri (50), ibunda R saat ditemui Tribunnews.com di Rumah Sakit, Kamis
(3/1/2013) mengatakan, bahwa kesehatan putrinya sudah menurun sejak
sekitar sebulan lalu. Siswa kelas V SD itu tiba-tiba kejang-kejang, dan
suhu tubuhnya juga tinggi hingga 40 derajat.
Asri yang berprofesi sebagai pemulung itu mengatakan putrinya
kemudian dibawa ke Puskesmas. Oleh dokter R didiagnosa mengalami
permasalahan pada Getah Bening. Setelah menjalani perawatan kondisi
kesehatan R kembali menurun, gadis itu kembali kejang-kejang.
Keluarga kembali membawa R ke dokter, kali ini anak itu dibawa ke
dokter spesialis anak. Oleh dokter spesialis anak itu didiagnosa
menderita gejala Tifus.
Dokter juga sempat menuliskan resep obat untuk R agar kesehatannya membaik.
"Di dokter spesialis saya dikenai biaya Rp 270 ribu, uang itu saya dapat dari pinjam tetangga dan saudara," ujarnya.
Selama kondisi kesehatannya menurun, Asri memasangkan popok bayi ke
putrinya. R juga semakin jarang berbicara, dan berat badannya menurun
drastis karena kondisi kesehatannya itu.
"Sikapnya juga berubah setelah mulai sakit, kalau sekolah maunya diantar, kalau tidak diantar dia nangis-nangis," terang Asri.
Sabtu lalu kondisi R semakin parah, panas tubuhnya naik,
kejang-kejang dan kehilangan kesadaran. Anak itu kembali dibawa ke
dokter, kali ini R dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat, Persahabatan.
Salah seorang tetangga Asri yang bernama Sumarni (43), juga ikut
mengantar anak perempuan itu. Ditemui Tribunnews.com di kediaman R, ia
bahkan mengaku ikut mengawal R sampai Unit Gawat Darurat (IGD). Di
ruangan tersebut dokter menanggalkan celana gadis itu, dan melesakan
obat untuk menangani kejang-kejang di dalam dubur R.
"Waktu celanannya dibuka saya lihat kemaluannya bengkak warnanya
merah, saya juga lihat ada seperti belatung kecil, saya nggak tahu apa
itu," terangnya.
Ibu rumah tangga itu mengaku kaget menyaksikan hal itu. Pasalnya yang
ia tahu selama ini putri tetangganya itu hanya menderita kejang-kejang
dan panas tubuh yang tinggi, tak sekali pun ia berfikir ada sesuatu yang
bermasalah di kemaluan R.