Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 13 November 2012

Mahasiswa Tuntut Munculnya Pahlawan Daerah

Demonstrasi HMI Cabang Kota Pontianak
Kiki Supardi
Pontianak – Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh setiap 10 November diwarnai dengan aksi demonstrasi oleh para mahasiswa. Salah satunya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kota Pontianak yang menggelar aksi demonstrasi di Bundaran Degulis Untan, Sabtu (10/11) lalu.
Mereka menuntut pemerintah supaya para pejuang yang ada di Kalbar diangkat menjadi pahlawan nasional. Puluhan mahasiswa tersebut membawa lambang Pancasila dan beberapa foto pejuang Kalbar. Suasana hujan yang sedang mengguyur Kota Pontianak tidak mematahkan semangat mereka. Mereka mengusung sebuah pernyataan sikap mengembalikan marwah pahlawan Kalbar.
Koordinator lapangan aksi, Juniardi, mengatakan aksi mereka menuntut pemerintah supaya para pejuang dan pahlawan di Kalbar diangkat menjadi pahlawan nasional Indonesia, mengingat banyak para tokoh dari Kalbar yang juga punya peran di kancah nasional.
“Kita mendesak pemerintah daerah untuk membuat monumen sejarah yang bercorakkan Kalbar sebagai tanda perjuangan. Kita menuntut dinas pendidikan menjadikan sejarah lokal ini sebagai materi pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah,” kata Juniardi kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
Ia mengharapkan elemen masyarakat supaya bisa mempelajari dan mencermati nilai-nilai kepahlawanan di Kalbar dan mendukung perjuangan mereka. Sehingga peringatan hari pahlawan tidak hanya seremonial belaka.
Sekretaris Eksekutif Yayasan Sultan Hamid II Anshari Dimyati SH MH mengatakan di momentum peringatan Hari Pahlawan ini banyak yang perlu direkonstruksi. Pahlawan nasional ini harus diperbarui dengan penemuan-penemuan yang ada dan dari peneliti-peneliti yang ada.
“Hari ini kita lihat bahwa Kalbar memiliki pahlawan yang kiprahnya skala nasional. Salah satunya Sultan Hamid II yang merupakan Kepala Daerah Kalbar tahun 1947 hingga 1950. Ia juga sultan ketujuh dari Kesultanan Pontianak,” kata Anshari.
Selain itu ada juga JC Oevang Oeray, politisi Kalbar yang kancah perpolitikannya skala nasional. Ia juga merupakan politis dari suku Dayak yang ada di Kalbar. Begitu juga dengan Petrus Limbung, politisi dari etnis Tionghoa yang juga berskala nasional.
“Sultan Hamid II pernah mengikuti Konferensi Meja Bundar mewakili negara-negara bagian dan perancang lambang Indonesia Garuda Pancasila yang dulunya dikenal dengan Elang Garuda Pancasila,” jelasnya.
Setelah adanya penemuan-penemuan dari peneliti di Kalbar membuktikan Sultan Hamid II ini punya peran yang besar di Indonesia. Kalbar dan elemen masyarakat harus bersimpati dan berempati dengan pahlawan yang ada di Kalbar untuk didorong menjadi pahlawan nasional. Salah satunya Sultan Hamid II. “Momentum Hari Pahlawan ini untuk mengangkat pahlawan kita. Selain itu menuntut untuk membentuk monumen-monumen sejarah yang bercorakkan Kalbar itu sendiri. Untuk pemerintah pusat supaya memerhatikan Kalbar, termasuk juga dengan naskah-naskah sejarah yang ada,” katanya.
Menurutnya, Sultan Hamid II ini sangat berperan di Indonesia dan Kalbar. Karena itu pemerintah daerah diharapkan bisa melakukan perombakan-perombakan. Misalnya Bandara Supadio namanya tidak ada corak Kalbar diganti menjadi Bandara Sultan Hamid II. Begitu juga dengan Pelabuhan Dwikora bisa diganti dengan Pelabuhan JC Oevag Oeray. Begitu juga dengan RSUD dr Soedarso diganti dengan RSUD Rahadi Usman dan juga lainnya.
“Saya berharap pemda bisa men-support dan membuat monumen-monumen sejarah yang bercorakkan Kalbar. Merekomendasikan pejuang Kalbar supaya diberi gelar pahlawan nasional,” harap Anshari. (kie)