Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Senin, 03 September 2012

Terpilih, Ingat Janji Ye, Pak

Penyampaian Visi Misi Balon Gubernur
Visi Misi Balon Gubernur Kalbar
ZMS
Pontianak – Pagi ini sekitar pukul 09.00, calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalbar periode 2013-2018 menyampaikan visi dan misinya di DPRD Kalbar. Tentulah masyarakat mengharapkan visi dan misi para calon pemimpin itu bukan hanya sekadar obral janji belaka.
Apa yang disampaikan para calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalbar ini merupakan gambaran dari apa yang akan dikerjakan jika terpilih nantinya. Masyarakat tentunya mengharapkan kerja nyata gubernur terpilih, bukan sekadar visi dan misi yang menarik, tetapi hasilnya nol besar.
Pemerhati ekonomi Kalbar Prof DR Eddy Suratman mengatakan ada tiga hal yang harus diselesaikan Gubernur Kalbar terpilih nantinya. Ketiga kategori itu menyangkut infrastruktur, ekonomi, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Paling utama yang harus ditingkatkan adalah infrastruktur Kalbar yang kondisinya sangat tertinggal. Banyak jalan rusak, pelabuhan tidak layak, air bersih selalu menjadi persoalan. Energi listrik di kota saja tidak genah, apalagi di pedalaman. Semua persoalan tersebut mesti teratasi dalam waktu lima tahun ke depan.
“Kalau tidak, maka investasi tidak berkembang karena investor malas menanamkan modalnya ke Kalbar. Sebaliknya, jika semua persoalan itu teratasi, maka perekonomian Kalbar akan mudah berkembang,” ujar Eddy kepada Rakyat Kalbar, Minggu (2/9).
Saat ini pertumbuhan ekonomi Kalbar sangat lambat, bukan berarti jelek. Ekonomi Kalbar selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya, tetapi masih di bawah pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional.
“Meningkatkan pertumbuhan perekonomian Kalbar syaratnya investasi harus masuk. Pemerintah juga harus mampu memperbaiki birokrasi, minimal pertumbuhan ekonomi daerah ini sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional,” papar Eddy.
Kemudian para calon gubernur dan wakil gubernur harus bertekad meningkatkan IPM. Saat ini IPM Kalbar masih menempati peringkat ke-28 dari 33 provinsi. IPM Kalbar selalu meningkat, tetapi belum mampu menggeser kedudukannya dari urutan ke-28 dalam beberapa tahun terakhir ini. IPM Kalbar pada 2008 sebesar 68,17 persen, 2009 sebesar 68,79 persen, 2010 sebesar 69,15 persen, dan 2011 sebesar 69,57 persen.
“Para calon gubernur dan wakil gubernur harus membulatkan tekad dan mampu meningkatkan infrastruktur, ekonomi, serta IPM di Kalbar,” tegas Eddy.
IPM dibangun atas tiga dasar: ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan dengan memperbaiki infrastruktur. Begitu juga pendidikan juga mesti ditingkatkan. Rata-rata warga Kalbar mengenyam pendidikan hanya selama 6,9 tahun. Padahal pemerintah pusat sudah mengharuskan usia sekolah minimal sembilan tahun atau tamat SMP.
“Begitu juga dengan kesehatan. Angka kematian bayi masih tinggi dengan 46/1.000 kelahiran hidup. Lebih tinggi dari angka nasional. Usia harapan hidup baru mendekati 69 tahun, sementara target nasional sudah 71 tahun lebih,” papar Eddy.
Pemerhati pendidikan Kalbar yang juga Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan DR Aswandi mengungkapkan, visi dan misi yang disampaikan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalbar mesti menyentuh kepentingan masyarakat. Visi yang nantinya dilaksanakan mesti sesuai dengan potensi daerah.
“Jangan sampai mau membawa Kalbar lebih baik, tetapi dia sendiri tidak paham kondisi Kalbar sebenarnya,” ungkap Aswandi, Minggu (2/9).
Menurutnya, visi dan misi yang baik tidak sesuai dengan keinginan pribadi atau kelompok. Tetapi harus sesuai potensi yang ada di daerah ini. Seorang pemimpin harus paham betul kondisi real masyarakatnya.
“Jangan sampai apa yang disampaikan dalam visi dan misi itu hanya sebatas menyenangkan masyarakat, tetapi tidak dilaksanakan. Biasanya program itu dibuat hanya untuk memengaruhi supaya masyarakat terkecoh. Padahal di lapangan belum tentu mampu menjalankannya,” tutur Aswandi.
Selama ini tidak ada konsekuensi bagi kepala daerah atau wakil rakyat tidak menepati janji harus diturunkan dari jabatannya. Realitasnya, pemimpin yang sudah terpilih tidak peduli lagi dengan apa yang pernah dijanjikannya. Makanya muncul rasa kurang percaya masyarakat terhadap pemimpinnya.
“Di mata masyarakat, penyampaian visi dan misi itu tidak terlalu bermanfaat dan hanya sebatas formalitas. Masyarakat lebih percaya pada figur,” jelas Aswandi.
Aswandi selaku akademisi di bidang pendidikan berharap kepada gubernur terpilih bisa meningkatkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan bersumber dari pembelajaran yang berkualitas. Paling utama guru berkualitas. “Maka dari itu, gubernur jangan hanya menjual program saja. Tetapi bagaimana action-nya di lapangan,” ungkap Aswandi. (kie)

Gerakan Politik Tionghoa High Profile

Pontianak – Sudah pastikah suara Tionghoa yang lumayan signifikan tumpah seluruhnya ke Christiandy sebagai pasangan Cornelis? Tak seperti suara Melayu dipecah belah dan Dayak diperebutkan tiga, sepertinya pemilih Tionghoa low profile.
“Saya tidak mau pakai klaim-klaim, pokoknya kita paparkan program kerja kita. Kalau kita diuntungkan lima tahun ini, masyarakat bisa menilai apa yang sudah kita lakukan untuk seluruh masyarakat Kalbar. Termasuk masyarakat Tionghoa, silakan menilai,” kata Christiandy ditemui Rakyat Kalbar usai paripurna di DPRD Kalbar, Jumat (31/8).
Suara Tionghoa mungkin saja “masih seperti yang dulu” kalau pergerakan politik tidak berubah jadi lebih dinamis. Dukungan Tionghoa bisa jadi juga terbagi lantaran partai politik semua bisa menyebar.
Sementara itu organisasi sosial yang kuat seperti Yayasan Bhakti Suci (YBS) yang mengayomi 56 yayasan marga sudah menyatakan tidak berpolitik praktis. Artinya, terserah mau ke mana saja asal jelas kepentingan mereka terjaga. YBS bahkan tak hanya didengar di Kota Pontianak, tetapi juga di Kalbar.
Dari empat pasangan kandidat hanya satu yang berasal dari etnis Tionghoa, yakni Christiandy Sanjaya. Kalau saja politik identitas tetap mengental, bisa jadi suaranya bulat tidak terpecah seperti Melayu dan Dayak. Namun Christiandy tidak mau memasang target dari suara Tionghoa. “Demokrasi kita jujur, adil, bebas, dan rahasia. Silakan diterapkan, saya tidak pakai target-target,” kata Christiandy.
Bagaimanapun, berdasarkan hasil Pemilukada Kalbar 2007, faktor etnis menjadi variabel penting yang menjelaskan pilihan seseorang pada kandidat tertentu. Karena itu sepertinya Christiandy lebih ingin dinilai baik yang kasatmata maupun berdasarkan data-data statistik. Dan itu sudah disampaikan saat paripurna LKPj Akhir Masa jabatan di DPRD beberapa waktu lalu.
“Kalau mungkin ada yang melihat tidak berhasil, itu hak sendiri. Tapi kita memaparkan data, penghargaan-penghargaan baik dari pemerintah pusat, perguruan tinggi melihat berbagai upaya yang kita lakukan memang ada hasil,” jelas Christiandy.
Namun terpulang kepada masyarakat. Yang jelas pihaknya melihat keberhasilan ini tentu akan ada peningkatan lagi, apa yang masih kurang selama ini. Contohnya di infrastruktur, kalau IPM sendiri peningkatannya ada.
Namun, sambung Christiandy, kalau peningkatan ini dinilai masih rendah. “Nah, kita upayakan lagi, misalnya dengan kesehatan, pendidikan, infrastruktur. Mudah-mudahan berkesinambungan. Lima tahun ini masyarakat juga sangat menjaga kondusivitas sehingga kita bisa aman membangun, dan tentu hasilnya bisa dinikmati bersama,” katanya.
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Tanjungpura Jumadi SSos MSi menilai jawaban Christiandy mengenai ke mana suara Tionghoa dan target pasangannya itu sangat diplomatis.
“Tidak mungkin kalau tidak ada target. Saya juga melihat kecenderungan mayoritas komunitas Tionghoa dukungan suaranya ke pasangan incumbent,” katanya.
Menurut dia, konsolidasi politik etnik Tionghoa tidak sevulgar kelompok masyarakat lainnya, tapi mereka bersifat tertutup dan low profile. “Tetapi gerakan-gerakan politiknya high profile. Namun komunikasi politik yang mereka bangun sangat efektif untuk memobilisasi komunitasnya dalam memberikan dukungan suara,” ujar Jumadi.
Basis etnik Tionghoa, lanjut Jumadi, cukup signifikan berada dua wilayah, yaitu Kota Pontianak dan Kota Singkawang. “Sebagai kelompok etnik ketiga terbesar di Kalbar, menurut saya dukungan etnik Tionghoa akan berpengaruh cukup signifikan memberikan kontribusi perolehan suara. Atas dasar inilah jadi dasar pertimbangan mengapa Cornelis masih memilih Christiandy sebagai wakilnya,” tuntas dia. (jul)