Kapolres Sambas AKBP Pahala Panjaitan mengajak masyarakat Sambas
untuk tidak mudah terpancing isu yang tidak benar menyangkut insiden di
Pontianak. “Marilah kita bersama-sama saling menjaga kedamaian. Walaupun
ormas FPI belum terbentuk di sini, namun kita harus bijak menyikapinya.
Masyarakat Sambas tidak mudah terprovokasi karena insiden sudah dapat
diselesaikan,” kata Kapolres di hadapan tokoh lintas etnis.
Agar tidak menimbulkan keresahan, warga jangan cepat percaya bila
menerima short message service (SMS) menyesatkan. “Kalau ada ajakan atau
SMS hasutan segera dilaporkan kepada pihak yang berwajib sehingga
insiden ini tidak merebak. Kalbar akan menghadapi pilgub, jadi kita
perlu situasi kondusif,” pesannya.
H Darwis Mochtar, tokoh masyarakat Melayu Kabupaten Sambas yang juga
Ketua Harian Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Sambas menegaskan FPI
ormas yang memiliki payung hukum dan keberadaannya sudah diakui. “Kita
harus bijak menyikapinya, apalagi sampai memunculkan SARA. Dengan
pertemuan lintas etnis yang digagas Polres Sambas, kita dapat
mempersatukan dan harmonisasi etnis dan agama di Kalbar, khususnya
Kabupaten Sambas,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Bartolomeus, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD)
Kabupaten Sambas. “Respons cepat Polres Sambas menggelar pertemuan
lintas etnis merupakan momen yang tepat, karena bertujuan mempersatukan
umat. Ormas pada intinya harus dapat berjalan beriringan, kita harus
saling mengasihi dan saling berbagi informasi. Sehingga apa yang kita
lakukan mendapat dukungan dari pihak lain,” pesan Bartolomeus.
Kemudian dia menyampaikan dua pantun. “Jari kita bersusun lima,
memegang parang menebas selasih, mari kita menjaga kerukunan umat
beragama, dengan berpegang pada asas cinta kasih.”
Pantun kedua dilafaskannya. “Membeli pelita bersumbu tali, disulut
pijaran menyala api, mari kita selalu berkoordinasi, merajut kerukunan
di segala sisi.”
Efizar, perwakilan Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Sambas dalam paparannya meminta
agar kita bisa saling berbagi dan saling memahami, terutama dalam
menjaga kerukunan umat beragama.
“Dibentuknya FKUB merupakan solusi untuk kita berbagi, mudah-mudahan
melalui pertemuan ini dapat menciptakan kerukunan umat yang damai dan
abadi,” harapnya.
Tangkal isu-isu
Di Ketapang, Kapolres AKBP I Wayan Sugiri meminta kepada masyarakat
agar tidak mudah percaya terhadap isu-isu yang tak jelas pascainsiden di
Asrama Pangsuma. Untuk mencegah dampak insiden tersebut ke Ketapang,
Kapolres menggelar pertemuan dengan tokoh-tokoh agama maupun tokoh
masyarakat, Kamis (15/3)
“Kita gelar pertemuan bersama tokoh agama, Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) di Kabupaten Ketapang. Ada tokoh dari Madura dan Ketua
FPI. Intinya menyikapi situasional yang terjadi di Pontianak,” kata
Wayan Sugiri kepada wartawan, kemarin.
Ditegaskannya insiden yang terjadi di Pontianak hanyalah
miskomunikasi. Kapolres bersyukur para tokoh yang diundang tersebut
sepakat dan satu suara, Ketapang tetap aman.
“Semuanya merasa senang dengan diundang itu karena mereka pada
dasarnya menerima informasi yang tidak jelas itu. Menerima SMS-SMS
terjadi penyerangan dan sebagainya. Ketika diundang Polres, mereka
langsung menginformasikan masyarakat yang menanyakan hal itu,”
ungkapnya.
Kapolres minta kabar-kabar miring harus segera diluruskan. Pasalnya
saat ini SMS-SMS berisi kabar tak jelas sudah beredar di Ketapang.
Karena itu Kapolres mengimbau kepada masyarakat yang ingin mengetahui
kabar pastinya bisa langsung menelepon Kapolres.
“Apabila menerima informasi-informasi yang tidak jelas itu hubungi
saya. Saya kasih sudah nomor HP ke semuanya. Jadi sumbernya jelas dari
Kapolres,” tuturnya.
Dikatakannya secara umum hingga saat ini Ketapang masih tetap
kondusif. Tapi tetap saja, kata dia, jika dibiarkan tentu akan
berkembang. Karena itu perlu dipertemukan seluruh tokoh yang ada duduk
satu meja.
“Artinya di Ketapang ada FPI, sejak Desember 2010. Saudara-saudara
kita suku Dayak juga ada. Artinya perlu ditemukan di sini. Harapannya
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” terangnya.
Kapolres menegaskan pihaknya tak akan segan-segan menindak bagi siapa
pun yang mencoba memprovokasi Ketapang. Keamanan Ketapang hal paling
utama. Pasalnya selama ini Ketapang belum pernah terjadi kerusuhan.
“Jika ada yang memprovokasi, kita akan ambil dulu orangnya.
Memprovokasi kalau sampai ada kerusakan akan kita tangkap. Tapi kalau
dengan kata-kata akan kita panggil dan periksa,” tegasnya.
Ulah oknum
Di Sintang, semua kalangan sepakat menjaga keamanan dan ketenangan
Kalbar, tak terkecuali di Kabupaten Sintang. Pertemuan difasilitasi
Kapolres Sintang ini sengaja dilakukan untuk menangkal isu provokatif
yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan, menyusul ketegangan
terkait penolakan FPI.
Pertemuan lebih dari dua jam melibatkan berbagai kalangan ini penuh
dengan suasana keakraban. Dari Dewan Adat Dayak (DAD) Sintang langsung
dipimpin Ketua Mikael Abeng. Begitu pula dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Sintang H Niam Musni, Dewan Adat Dayak Muslim Syamsudin Jagat,
Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sintang Senen Maryono, Penasihat Adat
Melayu H Apong Idris, dan banyak lagi para tokoh masyarakat lainnya.
Sementara dari kalangan birokrasi diwakili Plt Asisten III Bidang
Pemerintahan A Biong. Turut hadir Ketua DPRD Sintang Harjono, Kepala
Kejari Moch Djumali, dan Dandim 1205 Sintang Kol Inf P Hutagalung.
Tidak ada perdebatan maupun adu argumentasi, terlebih saling salah
menyalahkan. Semua sepaham bahwa gejolak yang timbul merupakan ulah
oknum, sehingga tidak mudah terprovokasi ataupun terpancing dengan
isu-isu menyesatkan.
Ketua DAD Sintang Mikael Abeng menegaskan bahwa masyarakat Dayak
cinta damai. Bila terjadi kekerasan dengan mengatasnamakan masyarakat
Dayak, menurutnya itu hanyalah ulah oknum.
“Kita sudah lama hidup rukun berdampingan. Jangan sampai kita
terprovokasi dengan isu-isu yang menyesatkan itu. Di Sintang ini kita
hidup multietnik, tapi tetap kondusif,” ucapnya.
Persoalan di Pontianak, kata Abeng, jangan dibesar-besarkan apalagi
dibawa ke daerah. “Kita dari DAD sepakat untuk tetap menjaga Kalbar
aman. Karena itu, tidak ada kekerasan yang mengatasnamakan DAD,”
tegasnya.
Begitu pula ditegaskan Ketua MUI Sintang H Niam Musni yang meminta
masyarakat untuk tidak mudah terpancing dengan isu-isu menyesatkan.
“Kita percayakan kepada aparat. Jangan kita yang terprovokasi,”
pesannya.
Dikatakan Niam Musni, sudah sekitar 13 tahun ini dirinya menjadi
Ketua MUI Sintang belum pernah ada pertikaian yang terjadi. “Suasana
tetap aman, karena kita di daerah ini rukun. Kalaupun ada persoalan
cepat kita selesaikan,” ucapnya.
Dari Ketua DMI Sintang H Senen Maryono berharap keamanan dapat terus
terjaga hingga pilgub. “Kita percayakan kepada aparat. Kita juga minta
jangan ada intimidasi, biarkan masyarakat menggunakan hak pilihnya.
Siapa pun gubernur, tetap kita dukung,” bebernya.
Kapolres Sintang AKBP Oktavianus Martin mengungkapkan bahwa menjaga
kondisi aman tidak hanya ada pada pihak kepolisian tanpa ada kerja sama
dari masyarakat. “Makanya kita undang para tokoh ini agar sepaham.
Kalaupun ada masalah, mari kita bicarakan. Kita selesaikan baik-baik,”
sarannya.
Selain melakukan koordinasi lintas sektoral, dikatakan Kapolres,
pihaknya melalui intelijen tetap berusaha memantau dan menyaring
informasi demi kemenangan. “Intelijen kita fungsikan. Sampai saat ini
masih aman-aman saja. Intinya, masyarakat jangan mudah terprovokasi,”
pungkasnya.
Landak kondusif
Kapolres Landak AKBP HV Sihombing bersama Ketua DAD Kabupaten Landak
Drs Ludis mengumpulkan sejumlah tokoh dari Dayak dan MABM di aula kantor
Bupati, Kamis (15/3).
Diskusi segitiga dihadiri beberapa ketua DAD kecamatan, ketua MABM
kecamatan, serta sejumlah tokoh intellectual dari dua etnis. Hadir pula
Damramil Ngabang, Damyon Armed, Kasatpol PP, serta para tokoh agama.
Pertemuan santai dan akrab sekitar 2 jam, ditegaskan Kapolres bahwa
yang terjadi di Pontianak antara FPI dan mahasiswa Asrama Pangsuma hanya
pertengkaran mulut tidak ada bentrok fisik.
“Saya harapkan seluruh warga Landak tidak terpancing isu-isu yang
menyesatkan. Apalagi ada provokatif lewat SMS. Mari bersama jaga situasi
yang selama ini sudah kondusif. Percayakan semua penyelesaian masalah
tersebut kepada aparat,” pinta Victor.
Drs Ludis, Sekda Landak yang juga Ketua DAD Landak mengimbau semua
ketua DAD kecamatan yang hadir agar memberikan informasi yang
sebenarnya. Tujuannya, supaya warga tidak terpancing dengan SMS yang
isinya provokatif.
“Gubernur Cornelis sudah mengimbau, isinya sebagai berikut: Kepada
masyarakat Dayak Kalbar bahwa isu FPI menyerang mahasiswa di Asrama
Pangsuma adalah tidak benar. Oleh sebab itu, saya (Gubernur, red) minta
seluruh warga Kalbar untuk tenang dan tidak mudah terprovokasi terhadap
isu-isu yang menyesatkan, apalagi menjelang pilkada gubernur September
mendatang,” papar Ludis (edo/KiA/din/tar)