Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 06 Maret 2012

Tentang Asal Mula Suku Dayak

Tentang asal mula suku bangsa Dayak, banyak teori yang diterima adalah teori imigrasi bangsa China dari Provinsi Yunan di Cina Selatan. Penduduk Yunan ber-imigrasi besar-besaran (dalam kelompok kecil) di perkirakan pada tahun 3000-1500 SM (SM). Sebagian dari mereka mengembara ke Tumasik dan semenanjung Melayu, sebelum ke wilayah Indonesia. Sebagian lainnya melewati Hainan,Taiwan dan filipina.

Pada migrasi gelombang pertama yang oleh beberapa ahli disebut proto-melayu, datanglah kelompok negroid dan weddid. Sedangkan gelombang kedua, dalam jumlah yang lebih besar di sebut Deutero-Melayu. Para migran Deutero-Melayu kemudia menghuni wilayah pantai Kalimantan dan disebut suku Melayu. Proto-melayu dan Deutero-melayu sebenarnya berasal dari negeri yang sama.

Menurut H.TH. Fisher, migrasi dari asia terjadi pada fase pertama zaman Tretier. Saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan Muller-Schwaner.

Dari pegungungan itulah berasal sungai-sungai besar seluruh Kalimantan. Diperkirakan, dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977-1978)

Cerita selanjutnya suku Dayak adalah tentang bagaimana mereka menghadapi gelombang-gelombang kelompok lain yang datang ke Kalimantan. Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman.

Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608). Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum)

Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama di kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam. Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan,1977-1978)

Bahkan sumber lain menyebutkan sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963)

Apakah BIDAYUH itu?

Bidayuh adalah sebuah nama bagi sekelompok masyarakat Dayak yang tinggal di pedalaman Kalimantan Barat. Para ahli dan peneliti linguistik maupun antropolog sering menyebutnya dengan istilah land Dayak atau orang Dayak daratan atau pedalaman, hal itu dikarenakan kelompok sub Dayak ini banyak memilih tinggal di pedalaman yang jauh dari pantai laut dari pada di tepian pantai. Selain itu mereka juga banyak mendiami wilayah perbukitan dan gunung-gunung di Kalimantan Barat. Untuk mengakses mereka bisa dilalui melalui jalan sungai atau darat.

Kelompok Dayak dari sub Bidayuh ini banyak terdapat di Kabupaten Sanggau, sebagian Kabupaten Bengkayang, Landak, Sekadau dan sebagian kecil di Kabupaten Ketapang. Keberadaan mereka sebagai masyarakat pedalaman telah membawa banyak dampak bagi pembangunan di Kalimantan Barat. Walaupun mereka belum terdata dengan pasti dari jumlah populasi tetapi yang pasti Bidayuh di Kalbar cukup mampu membawa perubahan pembangunan dengan baik.

Bidayuh merupakan bagian dari masyarakat Dayak yang mempunyai bahasa dengan ciri dan khas Bidayuh atau Bidoih. Kekhasan bahasa mereka digolongkan oleh para ahli dan peneliti bahasa sebagai bagian dari kelompok bahasa dari grup Bidayuhic. Bidayuh merupakan bagian kecil dari 405 sub Dayak yang ada di Kalimantan yang juga oleh Dr. H.J. Malin seorang kontroleur digolongkan kedalam bagian Dayak Klemantan. Menurutnya ada 6 stammenras dari 405 sub suku Dayak di Kalimantan yang 147 nya ada di Kalimantan Barat. Stammenras tersebut diantaranya adalah (1) Kenyah-Kayaan-Bahau, (2) Ot Danum atau Uud Danum, (3) Iban, (4) Murut, (5) Klemantan dan (6) Punan.
Bidayuh atau Bideyeh atau Bidoih merupakan bagian dari stammenras Klemantan dengan bahasa yang khas. Walaupun Bidayuh merupakan stammenras Klemantan, ia sendiri mempunyai banyak bagian yang dinamakan sebagai sub suku Bidayuh. Sub suku dari Bidayuh ini sendiri mempunyai banyak bahasa yang berbeda intonasi, kata, dan gaya bahasanya. Walaupun berbeda ia masih dapat dilihat sebagai bagian dari Bidayuh dari kosa kata dan aksen-aksen bahasa nya sehingga siapa saja dapat membedakannya dengan memahami bahasanya bahwa ia berasal dari Bidayuh yang mana.

Bidayuh sendiri bukan saja terdapat di Kalimantan Barat, ia juga dapat dijumpai di Sarawak Malaysia Timur. Mereka dapat dengan mudah dijumpai disepanjang perbatasan antara Kalimantan Barat-Indonesia dengan Sarawak-Malaysia. Kedua Bidayuh tersebut tidak ada yang berbeda karena kedua-duanya adalah sama Bidayuh hanya dipisahkan oleh garis administrative politis antar negara saja. Bidayuh di Sarawak populasi dan keberadaannya jauh lebih berkembang jika dibandingkan dengan Bidayuh di Kalimantan Barat. Hal itu tidak terlepas dari peran pemerintah Malaysia dalam memberikan akses kemudahan bagi masyarakatnya termasuk Bidayuh. Walaupun begitu tidak sedikit pula masyarakat Bidayuh Sarawak menjadi korban politik negaranya sendiri misalnya dalam bidang investasi perkebunan yang dilakukan dibawah naungan pemerintah Negara Malaysia. Secara politis Bidayuh Kalimantan Barat jauh lebih berpeluang maju dan berkembang karena iklim demokrasi sudah terbuka dengan lebar dan mudah tinggal bagaimana Bidayuh Kalbar mengembangkan dirinya sendiri agar mencapai tujuan dan cita-cita kejayaan nya dikemudian hari.

Perkataan Bidayuh sendiri sebenarnya merupakan sebuah susunan huruf yang ditulis oleh para penulis masa itu menurut pendengarannya sehingga dihasilkanlah tulisan berbentuk “BIDAYUH”. Dalam budaya Bidayuh tulisan tidak dikenal sehingga tidak ada satu kode pun yang dapat mewakili “perkataan Bidayuh”. Hal itu telah menyulitkan banyak pihak untuk memahami apa dan bagaimana sebenarnya tulisan yang benar sebab sebagian kelompok Bidayuh yang lainnya mempunyai bentuk tulisan lain yang mewakili kata “Bidayuh” tersebut misalkan dengan tulisan kata “ Bideyeh, Bidayah, Bidoih atau Obi Doih”. Walaupun begitu apapun yang disebutkan oleh masyarakat mewakili konsonan dan vocal dari lambang bunyi tersebut, para penulis terdahulu telah menuliskan kata Bidayuh menjadi kata penunjuk bagi masyarakat dengan rumpun bahasa Bidayuhic atau dari stammenras Klemantan tersebut atau yang sering ditulis sebagai land Dayak dalam berbagai literature.

Sampai saat ini pengertian Bidayuh, Bideyeh maupun Bidoih masih belum berubah. Pengertian dasar dari arti kata Bidayuh dapat dibagi dalam dua suku kata yakni Bi = orang dan dayuh = darat atau pedalaman. Jadi pengertian umum Bidayuh adalah orang yang mendiami wilayah daratan atau pedalaman dari pulau borneo. Beberapa kata juga ada yang memiliki kemiripan tulisan maupun bunyi nya diantaranya kata doih dan daih. Doih berarti darat atau pedalaman sedangkan daih memiliki arti besar. Dalam konteks ini pengertian daih bukanlah prioritas untuk dibahas sebab maknanya agak melebar dari makna sesungguhnya. Doih atau Dayuh ataupun Deyeh dipilih sebagai arti kata yang mewakili arti darat atau pedalaman bukanlah pengertian yang diada-adakan tetapi memang arti dari makna kata tersebut memang mengandung arti darat atau pedalaman.
Referensi tentang Bidayuh justeru lebih banyak ditemukan di Sarawak Malaysia dari pada di Indonesia, mengapa? Hal itu tentu dikarenakan oleh keinginan berbagai pihak termasuk kaum Bidayuh sendiri untuk mencatat dan menyimpan arsip adapt budaya mereka sendiri kedalam berbagai bentuk arsip misalkan dalam bentuk gambar photo, rekaman video, tulisan-tulisan ilmiah maupun berupa artikel biasa. Hal ini lah yang menjadikan Bidayuh di Sarawak kaya akan literature tentang diri mereka sementara Bidayuh di Kalimantan Barat sendiri sangat minim literature tentang Bidayuh.

Minimnya literature Bidayuh Kalimantan Barat dapat dimaklumi karena memang belum banyak orang yang berminat menulis dan mengarsipkan data-data tentang Bidayuh di Kalbar termasuk belum terlihat minat dari orang Bidayuh sendiri mengangkat tentang siapa diri mereka kedalam berbagai bentuk dokumentasi.

Banyak orang mampu dari kalangan Bidayuh di Kalbar tetapi tidak satutpun yang rela berkorban untuk membantu mendokumentasikan data-data mengenai keberadaan Bidayuh di Kalbar khususnya di wilayah Kabupaten Sanggau dan 4 kabupaten lainnya itu. Jika ada sedikit kepedulian saja maka litertur tentang Bidayuh akan dapat terwujud sebagai sebuah karya ilmiah bagi seluruh masyarakat bukan hanya bagi orang Bidayuh saja melainkan juga bagi seluruh masyarakat dunia. Adanya literature akan mempermudah generasi Bidayuh kedepan untuk meraih gelar sarjana dalam penulisan skripsi maupun tesisnya tentang Bidayuh sehingga tidak sia-sia data-data tentang Bidayuh dikumpulkan dan dikemas dalam berbagai format arsip.

Kata Bidayuh maupun Bidoih serta Bideyeh sama sekali bukan sebuah persoalan, yang jelas bahwa penulisan kata Bidayuh sudah mewakili apa yang dimaknai sebagai masyarakat kaum Bideyeh dan Bidoih. Sebutan tersebut didasari oleh oral sub suku tersebut dalam menyebutkan bunyi bahasa yang dihasilkan dari lidah dan mulut serta bibir terhadap sebuah atau suatu kata. Jadi hal tersebut sama sekali tidak berpengaruh terhadap penggunaan kata Bidayuh sebagai wakil lambang bunyi bahasa dari masing-masing sub etnik dari rumpun Bidayuh itu sendiri karena perkataan Bidayuh juga diterima sebagai wakil dari sebutan untuk Bidoih dan Bideyeh.

Bidayuh maupun Bidoih juga menerima kenyataan bahwa diri mereka juga masuk sebagai bagian dari kelompok masyarakat non muslim yang tinggal di pedalaman yang kemudian oleh para penulis Belanda disebut sebagai Dayak, karena menurut definisinya bahwa semua masyarakat pedalaman di Kalimantan yang tidak beragama Islam dan masih memegang teguh adat istiadat aslinya dapat digolongkan kedalam sebuah grup bernama Dayak yang dulu ditulis sebagai Daya, Dyak atau pun Dayaker. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa bahasa-bahasa suku Dayak sangat berbeda satu sama lain sehingga Dayak tidak lagi cocok disebut sebagai suku melainkan Bangsa.

Dalam catatannya, Tjilik Riwut lebih senang menuliskan kata suku bangsa Daya dari pada hanya sekadar suku Dayak saja. Mungkin karena ia telah melihat bahwa Dayak terdiri dari suku dan bahasa yang beragam layaknya sebuah bangsa dalam sebuah Negara. Agaknya tidaklah berlebihan bahwa kenyataannya memang demikian bahwa Dayak sulit disatukan prinsipnya kecuali dalam hal perang. Dalam hal ekonomi Dayak baru mulai bangkit dan bersatu tetapi sebelumnya tidak. Dalam hal politik masih belum nampak dimana persatuan dan kesatuannya karena masing-masing orang lebih senang mencari kekayaan untuk dirinya sendiri melalui jalur politik dan pemerintahan sehingga tidak jelas komitmen pembangunannya terhadap masyarakat Dayak. Dayak sendiri kini sangat populer karena keberaniannya menggunakan kata “Dayak” yang berarti bodoh, miskin, tertindas dan jorok seperti binatang. Anggapan tersebut mereka coba bantah dengan menampilkan siapa Dayak yang sesungguhnya. Memang diakui bahwa jaman dahulu siapa saja baik Dayak, Melayu, Cina, Batak, Jawa dan suku-suku lainnya di Indonesia sama-sama jorok, miskin dan bodoh, sekali lagi itu adalah jaman dahulu. Jaman terus berubah dan berkembang, Dayak dahulu dengan sekarang tentu berbeda, apakah masih relevan menggunakan istilah Dayak itu bodoh, miskin, jorok dan tertindas? Jawabannya ada dihati kita semua.

Bidayuh bagian dari Dayak yang digolongkan kedalam ras Klemantan merupakan Dayak pedalaman yang banyak mendiami perbukitan, pegunungan dan sungai-sungai kecil diantaranya botang Sekayam atau Sungai Sekayam dan sungai-sungai kecil lainnya. Mereka hidup berladang dan berkebun karet secara tradisional. Kini ada banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit yang masuk ke wilayah mereka dengan menjanjikan kesejahteraan namun kenyataannya berbeda. Kesejahteraan yang dijanjikan ternyata berbuah kesengsaraan. Dari sana Bidayuh harus melihat dirinya bahwa ia tidak akan bias hidup terus dengan caranya yang lama melainkan harus merubah diri secepat mungkin agar dapat sesuai dan mampu sejajar dengan suku-suku lain di Indonesia. Kaum Bidayuh harus sekolah dan maju serta menguasai berbagai bidang baik ekonomi, politik, social budaya, dunia pendidikan dan sektor-sektor lainnya. Jika tidak ingin Bidayuh hancur dan dikuasai orang lain maka satu-satunya cara saat ini adalah Bidayuh harus mau merubah diri dalam waktu secepat-cepatnya dan menguasai berbagai sumber daya yang telah ada maupun yang belum terlihat. Kita memang tidak mampu membuat Negara tetapi kita harus membuat perubahan.

Bidayuh-Bidoih Kodatn
Bidayuh Kodatn atau sering juga disebut dengan istilah Bidoih Kodatn atau Pangkodatn merupakan bagian terkecil dari Bidayuh secara keseluruhan. Bidayuh Kodatn sendiri lebih sering disebut sebagai Bidoih bukan Bidayuh. Kata Bidoih lebih sering dipakai ketimbang kata Bidayuh walaupun keduanya mempunya makna yang sama yakni orang pedalaman atau daratan.

Bidoih Kodatn memang mempunyai dialeg bahasa yang berbeda dengan orang-orang Bidayuh pada umumnya oleh karena mereka berawal dari satu rumpun maka unsure kata dalam bahasa mereka hampir 90% sama. Kalaupun ada perbedaan hal itu terdapat dalam dialeg, aksen dan beberapa kosa kata, namun secara jelas bahwa Orang Bidoih Kodatn termasuk kedalam rumpun Bidayuh dan dapat digolongkan dalam kelompok bahasa Bidayuhik.
Dalam buku Van Hulten ditulis bahwa orang-orang Bidayuh termasuk orang Bidoih Kodatn merupakan sub kecil dari sebuah kelompok besar Dayak yang dibagi dalam 6 stammenras, Bidayuh sendiri masuk dalam kelompok Dayak Klemantan.

Bidoih Kodatn sendiri berasal dari sebuah tembawang tua yang bernama Temawakng Daih dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai Temawakng Besar. Temawakng sendiri dimaksudkan adalah sebuah tempat tinggal sekelompok masyarakat Bidoih pada jaman itu yang sudah tidak dihuni lagi dimana didalamnya terdapat warisan seperti tanah, kebun buah-buahan dan segala isi didalamnya yang telah berubah rimbun kembali menjadi mirip hutan.

Biasanya dalam sebuah tembawang terdapat berbagai jenis pohon buah-buahan seperti durian, tengkawang, pohon karet dan berbagai jenis pohon buah-buahan didalamnya termasuk tanah dimana tumbuh-tumbuhan tersebut hidup. Sebelum menjadi sebuah tembawang, wilayah tersebut dulunya diladangi untuk ditanami padi. Setelah padi selesai dipanen maka tanah itupun ditinggalkan. Sebelum ditinggalkan pemiliknya, tanah itu terlebih dahulu ditanami berbagai jenis tumbuh-tumbuhan seperti yang disebutkan diatas. Setelah ditanami, wilayah itupun ditinggalkan sekian puluh tahun lamanya tanpa dirawat sampai pohon-pohon tersebut tumbuh dan besar serta rimbun. Tempat itulah kemudian yang disebut sebagai tembawang.

Sejarah kedatangan Bidoih Kodatn di Temawakng Daih tidak diceritakan atau tidak diketahui secara pasti, yang jelas menurut para nara sumber hasil wawancara bersama mereka bahwa Orang Kodatn atau Bidoih Kodatn sejak semula memang sudah berada di Temawakng Daih. Mereka hidup sebagai satu kesatuan masyarakat Bidoih dengan tatanan kehidupan demokrasi menurut caranya sendiri. Bidoih Kodatn sendiri banyak yang tidak mengetahu secara pasti darimana sebenarnya mereka berawal, namun menurut salah seorang sumber seperti yang ditutur ulang oleh Urbanus Didi seorang Putra Kodatn mengatakan bahwa ayahnya Pastor Sanding, OFM.Cap bernama Sangel pernah bercerita padanya semasa ia kecil bahwa orang Bidoih Kodatn ini berasal dari Mayao. Mengenai kebenarannya masih perlu dicari lebih dalam lagi sebagai kaijan bersama apakah memang benar pecahan terkecil Bidoih Mayao kemudian menjadi apa yang sekarang disebut sebagai Bidoh Kodatn? Jika ditinjau dari segi bahasa, memang banyak kesamaan dan kemiripan daripada perbedaan. Keduanya menggunakan bahasa Bidoih yang dikenal dengan nama “bekidoh”. Kenapa disebut bekidoh? Sampai kini juga masih belum jelas apakah karena kata itu lebih simpel untuk menunjukkan identitas bahasa suatu sub suku di wilayah ini. Yang jelas, kata bekidoh lebih dikenal banyak orang dari pada istilah lainnya sehingga sampai saat ini bekidoh juga digunakan untuk menunjukkan sebuah identitas sub suku Dayak yang ada di wilayah Kabupaten Sanggau.

Soal asal usul Bidoih Kodatn dari Mayao bias saja benar sebab bahasa keduanya adalah bekidoh sehinga ada kaitan dari sisi bahasa sekalipun ada dialeg yang berbeda. Dalam sub Bidoih, dialeg dapat menunjukkan asal darimana orang tersebut berasal atau orang apakah dia. Jadi untuk mengenal mereka akan sangat gampang yakni dapat dikenal melalui dialeg bahasanya ketika ia berbicara. Sampai kini pun bagi orang Bidoih banyaknya bahasa Bidoih ini tercipta oleh apa masih menjadi misteri dan pertanyaan besar mengapa bias demikian.

Jika merujuk kembali kepada sejarah Tamputn Juah mungkin akan dapat ditemui jawabannya secara ilmiah walaupun ada cukup banyak sub suku Bidayuh/Bidoih yang mengatakan bahwa terjadinya berlainan bahasa Dayak disebabkan oleh keracunan jamur hutan ketika lari dari Tamputn Juah tanah leluhur orang Bidayuh dan Iban. Ada juga versi lain karena memakan burung elang raksaksa yang mati menabrak sebagian ujung Bukit Tiong Kandang di Batang Tarang sehingga menyebabkan sebagian ujung bukit itu pecah dan membentuk seperti apa yang dilihat saat ini. Mungkin semuanya benar untuk mencari pembenaran bahwa bahasa Dayak Bidayuh terpecah-pecah oleh karena sesuatu dan lain hal. Walaupun begitu semua ceritra tersebut tidaklah serta merta disalahkan karena mengandung unsur yang dianggap legenda atau tidak terdapat bukti-bukti kuat bahwa ceritra tersebut nyata adanya, namun mungkin secara ilmiah dapat dikatakan bahwa terjadinya bahasa-bahasa Bidayuh yang terpecah belah menjadi sub bahasa itu secara sengaja diciptakan dengan alasan tertentu.

Ketika itu di Tamputn Juah menurut versi Bidayuh dan Iban ada sebuah pertengkaran dan perkelahian hebat antara manusia dengan hantu penjaga wilayah Tamputn Juah. Dulu hidup keduanya harmonis, oleh karena adanya kecemaran di wilayah itu maka kelompok makhluk halus atau para hantu tersebut akhirnya berkelahi dengan manusia sehingga oleh kelompok hantu wilayah Tamputn Juah diberi wabah bau tahi atau bau kotoran manusia. Apa saja dimakan rasa dan baunya serupa dengan kotoran manusia termasuk nasi yang dimasak berbau kotoran manusia sehingga hal ini membuat manusia Bidayuh dan Iban tidak lagi sanggup tinggal disana. Karena tidak sanggup lagi, maka banyak penduduk di wilayah Tamputn Juah terpaksa melarikan diri dan berpencar jauh dari Tamputn Juah. Ada yang menuju wilayah Utara, Selatan, Timur dan Barat.

Sebelum melarikan diri, beberapa kelompok Bidayuh tersebut terpaksa mengubah bahasanya agar tidak dikenali para hantu bahwa semula mereka penduduk Tamputn Juah. Karena hukum antara manusia dan hantu saat itu sangat erat dan kuat maka para hantu tidak akan menyerang penduduk suku lain dari bahasa orang itu maka solusi untuk lari dari Tamputn Juah adalah mereka harus merubah bahasa, dialeg, aksen dan kosa katanya dengan maksud agar para hantu tidak menyerang mereka lagi ditempat yang baru. Alasan tersebut logis dan ilmiah, inilah yang memungkinkan terjadinya perpecahan bahasa selain dari teori terjadinya bahasa yang ada dalam ilmu linguistik

Sebelumnya di Tamputn Juah pasti hidup kelompok Bidayuh dengan bahasa Bidayuh yang sejenis termasuk kaum Iban dengan bahasa Ibannya yang sejenis. Para hantu sudah mengetahui hal itu sehingga atas nama hukum keduanya para hantu tidak berhak menyerang sembarangan penduduk kecuali dari sub bahasa tertentu. Hal inilah yang kemudian menjadikan bahasa-bahasa Bidayuh menjadi berbeda satu sama lainnya. Hal serupa pun dialami bangsa Iban dimana ada banyak dialeg Iban berbeda satu sama lainnya sehingga kelompok mereka dapat disebut sebagai kelompok rumpun Iban.
Bidoih Kodatn sendiri percaya bahwa mereka berasal dari Tamputn Juah. Hal itu pun sama seperti yang diungkapkan Bidoih lainnya. Mereka harus menelusuri Sungai Sekayam hinga menembus botakng Kapuas (Sungai Kapuas). Mereka akhirnya berhenti dalam persinggahannya dan mendirikan kampung. Mungkin dari sanalah Bidoih Kodatn memulai kisah keberadaan mereka di Temawakng Daih.

Banyak orang bertanya-tanya sebenarnya Temawakng Daih itu dimana? Sebagian orang termasuk generasi muda banyak yang tidak pernah tahun dimana sebenarnya tempat itu. Menurut kisah legenda dan bukti-bukti otentik serta menurut berbagai nara sumber bahwa Temawakng Daih Bidoih Kodatn atau Bi’Kodatn terletak di antara Kampung Prongakng atau yang kini dikenal dengan Rantau Perapat dengan koja dorik Empulor atau kaki bukit Empulor. Lokasi itu kini sudah menjadi hutan muda dan kebun karet serta ditumbuhi banyak bambu, durian dan pohon-pohon lainnya.

Secara Administratif, wilayah Temawakng Daih masuk dalam wilayah Kecamatan Parindu dan kampung Kodatn terakhir adalah Rantau Perapat karena ia serta satu-satunya yang masuk wilayah Kecamatan Parindu Kampung ini semula merupakan pelaman Bi’Nyanakng atau sub kampungnya orang Nyandang. Sebelum orang Nyandang tinggal disana, leluhur Bi’Kodatn sudah lebih dulu tinggal diwilayah tersebut. Rantau Perapat boleh juga dikatakan sebagai benteng orang Kodatn karena wilayahnya sangat dekat dengan Temawakng Daih dan pintu awal masuk wilayah Bidoih Kodatn.

Perempuan Ini Bangkit dari Mati

Jakarta - Li Xiufeng, perempuan Cina berusia 95 tahun ini, telah membuat para tetangganya tertegun. Enam hari lalu Xiufeng ditemukan meninggal dunia, lalu jenazahnya diletakkan di dalam peti mati.
Xiufeng ditemukan dalam keadaan sudah tidak bergerak dan tidak bernapas di tempat tidurnya, dua minggu setelah lansia ini tersandung dan menderita cedera kepala di rumahnya di Beiliu, Provinsi Guangxi. Tetangga yang menemukannya dalam keadaan demikian pun memikirkan hal terburuk telah terjadi: Xiufeng telah meninggal dunia.
Peti mati pun disiapkan. Tubuh Xiufeng yang telah tak bernyawa ditidurkan di dalam peti mati di rumahnya dalam keadaan tak bersegel, sesuai dengan tradisi Cina, supaya para teman dan kerabat bisa memberi penghormatan terakhir.
Tapi sehari sebelum pemakaman, tetangganya melihat peti mati itu dalam keadaan kosong. Setelah mencari-cari, mereka menemukan lansia itu sedang memasak di dapur.

Chen Qingwang, 60 tahun, adalah tetangga yang menemukan Xiufeng sudah tak bernyawa. Menurut Qingwang, saat melihat tubuh Xiufeng tak bergerak dan tak bernapas, ia telah mencoba membuat lansia itu bangun. Ia memanggil-manggil nama Xiufeng dan mengguncang-guncang tubuhnya. Qingwang juga sempat memberi pernapasan buatan, tapi Xiufeng tak bereaksi.
"Saya pikir dia sudah meninggal, tapi memang tubuhnya tidak dingin dan kaku," kata Qingwang.
Xiufeng tinggal sendirian di rumahnya. Jadi, Qingwang dan anaknyalah yang menyiapkan upacara pemakaman. Xiufeng telah berada di peti mati selama dua hari sebelum "bangkit".
"Kami sangat terkejut dan segera minta tetangga-tetangga lain untuk minta tolong," kata Qingwang.
Apa kata Xiufeng, yang "bangkit" dari peti mati kemudian memasak di dapurnya? "Sepertinya saya tidur dalam waktu yang lama. Waktu bangun, saya merasa sangat lapar. Makanya saya memasak sesuatu untuk makan," ujarnya.
Menurut ahli medis, Xiufeng mengalami kematian yang tak nyata, yaitu ketika seseorang telah tak bernapas, tapi tubuh mereka masih hangat.
"Syukurlah ada tradisi penghormatan jenazah beberapa hari sebelum pemakaman, Xiufeng bisa diselamatkan," katanya.

Vatikan Harap Toleransi Beragama Indonesia Terus Berkembang


LONDON -- Situasi toleransi beragama di Indonesia mengesankan bagi para tokoh asing, termasuk pemimpin agama tertinggi di Vatikan, Paus Benediktus XVI dari Tatah Suci Vatikan. Ia menyampaikan kegembiraannya terhadap kehidupan beragama di Indonesia dan mengharapkan agar toleransi beragama di nusantara terus berkembang.
"Hal itu disampaikan Paus Benediktus XVI saat menerima Duta Besar RI yang baru untuk Takhta Suci Vatikan, Budiarman Bahar, yang menyerahkan surat kepercayaan (letters of credence) dari Presiden Indonesia kepada Paus Benediktus XVI," kata Sekretaris III KBRI untuk Takhta Suci Vatikan, Bonifacius R Wijayanto kepada Antara London, Jumat (17/2).
Dalam pertemuan tersebut, Dubes Budiarman, menyampaikan salam dari Presiden Indonesia Yudhoyono dan dari masyarakat Indonesia kepada Paus. Ia mengatakan dengan diserahkannya surat kepercayaan ini maka secara resmi Budiarman Bahar dapat menjalankan aktivitasnya sebagai Duta Besar RI untuk Takhta Suci Vatikan.

Kontroversi Injil Kuno yang Mengabarkan Kedatangan Nabi Muhammad


LONDON – Penemuan Injil kuno yang memprediksi kedatangan Nabi Muhammad telah memunculkan kontroversi, terutama yang terkait dengan kesamaannya dengan Alquran maupun kontroversi seputar keasliannya.
Menurut Laman Al-Arabiya, meskipun spekulasi tentang kitab kuno yang diduga sebagai Injil Barnabas itu meramalkan kedatangan Islam, namun sejauh ini tidak ada bukti yang menegaskan hipotesis tersebut.
Walau Injil Barnabas "mengakui" kedatangan Islam dan Nabi Muhammad SAW, namun skeptisisme tetap muncul karena kontradiksinya dengan Alquran. "Sebab, sebagian besar studi tentang kitab ini menyatakan Injil Barnabas hanya kembali ke 500 tahun yang lalu. Sementara, Alquran telah ada sejak 1400 tahun silam," demikian tulis Al-Arabiya, Senin (27/2).
Adanya kontradiksi inilah yang menjadi alasan utama mengapa para sarjana Arab mengabaikan terjemahan bahasa Arab Injil tersebut, yang diterbitkan 100 tahun lalu. Sebagaimana diulas secara rinci oleh penulis dan pemikir Mesir, Abbas Mahmoud Al-Akkad.
Dalam sebuah analisis yang ditulisnya pada 26 Oktober 1959 di surat kabar Al-Akhbar, Akkad mengatakan deskripsi neraka dalam Injil Barnabas didasarkan pada informasi yang relatif baru yang tidak tersedia pada saat di mana teks itu seharusnya ditulis. "Sejumlah deskripsi yang tertulis dalam Injil itu merupakan kutipan orang-orang Eropa dari sumber-sumber Arab," ungkapnya.
Akkad menambahkan, kisah Injil Barnabas tentang bagaimana Yesus mengabarkan tentang munculnya Nabi Muhammad kepada kerumunan ribuan pengikutnya amat sulit dipercaya. Injil ini, kata dia, mengandung beberapa kesalahan yang begitu vulgar, baik bagi Yahudi, Kristen, maupun Muslim.
Misalnya, sambung Akkad, kitab itu mengatakan ada sembilan lapis langit dan yang kesepuluh adalah surga. Sementara dalam Alquran hanya ada tujuh lapis langit. Juga klaim Injil yang menyatakan perawan Maria tidak merasakan sakit saat melahirkan Yesus. Padahal, dalam Alquran disebutkan Maryam menderita kesakitan saat melahirkan putranya.
Menurut Injil (Barnabas), Yesus mengatakan kepada imam Yahudi bahwa dirinya bukan Mesiah dan Mesiah sesungguhnya adalah Muhammad SAW. "Ini berarti ada penolakan atas keberadaan Mesiah, yang tak lain adalah Yesus sendiri. Dengan demikian, seolah-olah Yesus dan Muhammad tampak seperti satu orang yang sama," kata Akkad.
Kitab Injil ini juga berisi informasi yang tidak memiliki kredibilitas sejarah, seperti adanya tiga tentara—masing-masing terdiri dari 200.000 tentara—di Palestina. Sedangkan seluruh penduduk Palestina sekitar 2.000 tahun lalu, tidak mencapai 200.000. Tragisnya, Palestina saat itu diduduki oleh Romawi, dan tak mungkin diizinkan memiliki bala tentara sendiri.
Demikian pula, lanjut Akkad, kalimat terakhir dalam Bab 217 yang menyatakan bahwa tubuh Yesus dibebani 100 pon batu. "Ini menegaskan bahwa Injil tersebut ditulis baru-baru ini, karena penggunaan pon sebagai satuan berat untuk pertama kali dilakukan oleh Dinasti Ottoman, dalam sebuah eksperimen dengan Italia dan Spanyol. Dan kata-kata "pon" tidak pernah dikenal pada masa Yesus.
Menurut Akkad, salah satu fakta paling mencolok yang disebutkan dalam Injil Barnabas terdapat dalam Bab 53, yang mengatakan bahwa pada Hari Kiamat bulan akan berubah menjadi balok darah. Dan pada hari kedua, darah ini akan menetes ke bumi seperti embun. Kemudian pada hari ketiga, bintang-bintang akan bertempur laksana serdadu perang.
"Berdasarkan sejumlah penelitian, Injil Barnabas ditulis pada Abad Pertengahan oleh seorang Yahudi Eropa yang cukup akrab dengan Alquran dan Injil. Dia kemudian mencampur-adukkan fakta dan opini dari berbagai sumber, tanpa diketahui motif dan tendensinya," tandas Akkad.

Paus Ingin Ungkap Rahasia Injil Kuno Berusia 1500 Tahun

 Injil KunoPerbesar Foto
VATIKAN - Paus Benediktus XVI telah membuat permintaan untuk mengungkap rahasia Alkitab kuno berusia 1500 tahun. Permintaan resmi itu telah disampaikan Vatikan kepada pemerintah Turki, senin (27/2).
Vatikan ingin mengungkap kontroversi Injil ini dengan ajaran dan dogma Kriten juga dibanding injil lain. Menteri Budaya dan Pariwisata Turki, Ertugrul Gunay telah mengkonfirmasi permintaan Vatikan ini.
Injil yang ditulis dengan tinta emas ini menggunakan bahasa Aramik, bahasa yang dipercayai digunakan Yesus. Alkitab berusia 1.500 tahun tersebut diduga, adalah Injil Barnabas dan bernilai lebih dari 20 juta dolar AS.
Pemerintah Turki telah menyembunyikan injil ini selama 12 tahun terkahir. Buku itu ditemukan oleh polisi Turki dalam operasi anti-penyelundupan pada tahun 2000 dan terus dijaga selama 10 tahun.
Alkitab ini jauh berbeda dengan empat injil utama Kristen, Markus, Matius, Lukas dan Yohanes. Hal itu dikarenakan, Alkitab ini berisi prediksi kedatangan seorang nabi setelah Isa (Yesus). Dan dianggap inilah ajaran versi asli Injil.
Selain itu, adalah versi yang lebih konsisten dengan keyakinan Islam dari Kristen. Alkitab ini menolak dogma Tritunggal dan Penyaliban. Hal ini juga menggambarkan Yesus menolak Mesias dan mengklaim penerusnya berasal dari keturuan Ismael (Arab).
Pendeta Protestan, Ihsan Oznek membantah keaslian isi  Alkitab ini, Dia mengatakan bahwa St. Barnabas hidup pada abad pertama dan merupakan salah satu rasul Yesus, yang berbeda dengan versi Injil ini yang berasal dari abad kelima. Namun menurut, Profesor Teologi, Omer Faruk Harman untuk membuktikan keaslian dan umur dari Alkitab ini adalah dibuktikan dengan scan secara ilmiah.

Fikih Muslimah: Wali Anak Perempuan Setelah Ayahnya Wafat (2-habis)

Dalam urutan tersebut atau yang menjadi prioritas utama bila tidak ada ayah sebagai wali, para imam mazhab (Syafi'i, Maliki, Hanbali, dan Hanafi) berbeda pendapat.
Mayoritas ulama berpendapat, di antara sekian wali, maka yang paling berhak untuk menjadi wali si mempelai perempuan adalah kakeknya (bapak dari ayahnya) dan seterusnya ke atas (bapaknya kakek, kakeknya kakek).
Lalu anak laki-laki si perempuan (bila dia janda), cucu laki-laki dari anak laki-lakinya, dan terus ke bawah. Kemudian saudara laki-lakinya yang sekandung atau saudara laki-laki seayah saja.
Setelahnya, anak-anak laki-laki mereka (keponakan dari saudara laki-laki) terus ke bawah. Kemudian itu barulah paman-paman dari pihak ayah, anak laki-laki paman dan terus ke bawah.
Selanjutnya, paman-paman ayah dari pihak kakek (bapaknya ayah). Setelahnya adalah maula (orang yang memerdekakannya dari perbudakan), kemudian yang paling dekat ashabah-nya dengan si maula. Setelah itu barulah sulthan atau penguasa atau hakim. (Al-Mughni kitab An-Nikah).
Menurut Imam Maliki dan Hanbali, orang yang berhak menjadi wali setelah ayah adalah si penerima wasiat. Jika tidak ada, maka saudara laki-laki, kakek, paman (saudara ayah), dan seterusnya.
Sedangkan Hanafi berpandangan, urutan pertama perwalian itu ada di tangan anak laki-laki perempuan yang akan menikah itu (bila dia janda dan mempunyai anak), cucu laki-laki dari pihak anak laki-laki. Namun, jika dia masih sendiri (bujang), walinya adalah ayah, kakek dari pihak ayah, saudara kandung, saudara laki-laki seayah (paman), anak saudara laki-laki sekandung, anak saudara laki-laki, dan seterusnya.
Bila tidak ada wali nasab atau walinya enggan menikahkannya, maka hakim atau penguasa memiliki hak perwalian atasnya. Rasulullah SAW bersabda, “Maka sultan (penguasa) adalah wali bagi wanita yang tidak memiliki wali.” (HR Abu Dawud No. 2083, disahihkan Syekh Nasiruddin Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud).

Urutan Wali Jika Tidak ada Ayah

Mayoritas Ulama: Kakek, kakeknya kakek, dan seterusnya.
Maliki dan Hanbali: Si penerima wasiat, saudara laki-laki, kakek, paman, dan seterusnya.
Hanafi: Kakek, saudara kandung (kakak atau adik), saudara laki-laki seayah (paman), dan seterusnya.

Akibat Kemiskinan, Muslim India Jual Anak

KAIRO – Kemiskinan mampu mendorong orang berbuat hal yang tidak diinginkan. Gausia, seorang anak Muslim India miskin terpaksa dijual keluarganya untuk menikah dengan laki-laki yang lebih tua.
Hal ini memang sudah jadi tradisi. Banyak keluarga Muslim miskin di India terpaksa menjual anak perempuan mereka untuk menikah dengan pria yang lebih tua.
"Orang tua saya tahu, saya tidak bahagia. Saya berharap mereka menyesali tindakan mereka selamanya," kata Gausia, salah satu korban yang dijual orang tuanya untuk dinikahkan dengan laki-laki yang lebih tua, Kamis (16/2) seperti dikutip Onislam.net.
Sejak dijual atau dinikahkan, Gausia tidak pernah lagi melihat keluarganya. "Saya diberitahu bahwa setelah menikah, seorang gadis harus hidup dan mati di rumah suaminya," tambah perempuan asal Hyderabad selatan ini.
Hal ini juga terjadi dengan Sakina, gadis remaja India yang dijual oleh keluarganya kepada seorang Kashmir berusia 60 tahun. Sakina dipaksa menikah dengan pria yang sebaya dengan kakeknya itu.
Lubna Khan, seorang dokter wanita yang kerap melakukan kunjungan secara berkala ke pedalaman pedesaan India—tempat bermukimnya keluarga miskin Muslim India—mengaku sedih mendengar kisah tersebut. "Saya sedih dan pilu mendengar cerita itu. Praktek ini harus dihentikan," kata Khan.

Kisah Hidup Pengasuh Waria Barack Obama

Pada suatu masa, Evie pernah merawat "Barry" Obama, anak yang kemudian tumbuh menjadi pria paling berkuasa di dunia. Kini pengasuh transgender Obama tersebut hidup ketakutan di jalanan. Ia sudah membuang gaun bunga-bunganya, rompi brokat, dan pakaian dalam perempuan yang pernah ia miliki.

Evie lahir sebagai seorang pria, tapi percaya sebenarnya ia adalah seorang perempuan. Seumur hidupnya, Evie harus menanggung hinaan dan pukulan karena identitasnya tersebut. Dalam laporan khusus Associated Press, ia bercerita, seorang tentara pernah mencukur habis rambutnya yang panjang dan hitam serta menyundut rokok ke lengannya.

Saat ia melihat jenazah bengkak rekannya yang waria mengambang di kanal pembuangan air dua dekade lalu, Evie langsung mengambil semua pakaian wanitanya dan menyimpannya di dua kardus besar. Lipstik-lipstik bekasnya, bedak, serta pemulas mata ia berikan ke orang.

"Saya tahu di dalam hati saya seorang perempuan, tapi saya tidak mau mati seperti [rekan saya] itu," kata Evie, kini 66, dengan bibir sedikit gemetar. "Jadi saya terima saja...Saya kini hidup seperti ini, sebagai seorang pria, semenjak kejadian itu."

Sikap Indonesia terhadap kaum waria sangat rumit.

Tidak ada yang tahu pasti berapa banyak waria yang tinggal tersebar di Indonesia, tapi para aktivis memperkirakan ada 7 juta waria hidup di Indonesia.

Waria di Indonesia sering mengadakan kontes kecantikan, bekerja sebagai penyanyi, atau di salon kecantikan, kadang bahkan menjadi pemandu acara bincang-bincang di televisi seperti Dorce Gamalama.

Meski begitu, ada kebencian sosial yang mendalam terhadap waria. Saat karakter waria muncul di komedi televisi, mereka menjadi bulan-bulanan. Mereka agak bersembunyi di masyarakat setelah muncul berbagai serangan oleh kelompok muslim garis keras.

Majelis Ulama Indonesia pun sudah mengeluarkan fatwa bahwa para waria harus menjalani hidup sesuai dengan jenis kelamin saat mereka dilahirkan, karena tiap jenis kelamin memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu reproduksi.

"Mereka harus menerima jenis kelamin mereka," kata Ichwan Syam, seorang ulama MUI.

"Jika mereka tidak mau menyembuhkan diri secara medis atau religius, mereka harus menerima nasib untuk dihina dan dilecehkan."

Banyak waria beralih menjadi pekerja seks komersial karena pekerjaan sangat sulit dicari, dan mereka tetap ingin hidup sesuai gender mereka yang sebenarnya. Saat melakukan pekerjaan tersebut, mereka berisiko terkena AIDS dan penyakit menular seksual lainnya.

Seperti Evie, banyak waria lain yang memutuskan bahwa lebih baik untuk menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya. Ada juga yang melawan balik. Bulan lalu, waria berusia 50 tahun melamar untuk jadi salah satu anggota komisioner di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Kilatan kamera paparazzi muncul saat Yuli Retoblaut keluar dari mobil minivan mewah pinjaman berwarna hitam. "Saya terlalu jelek untuk jadi PSK, tapi saya bisa menjadi pengawal mereka," kata Yuli, tertawa.

Ancaman kekerasan di Indonesia terhadap waria sangatlah nyata: Komnas HAM mencatat ada 1000 laporan penyiksaan per tahun, dari pembunuhan sampai pemerkosaan sampai gangguan pada aktivitas organisasi mereka. Di seluruh dunia, setidaknya satu orang dibunuh per hari, menurut data Trans Murder Monitoring Project yang mengumpulkan laporan pembunuhan.

Evie memilih namanya karena menurut dia nama itu terdengar manis. Tapi, dia lalu mengeluarkan KTP-nya dan menunjukkan nama aslinya, Turdi, dan jenis kelaminnya di KTP yang tertera sebagai laki-laki.

Beberapa orang yang sudah lama tinggal di kawasan Menteng tempat Obama tinggal membenarkan, bahwa Turdi bekerja di sana selama dua tahun. Turdi juga merawat adik Obama, Maya, yang saat itu masih bayi. Saat ditanya tentang si pengasuh, Gedung Putih tidak mau mengeluarkan komentar.

Evie kini tinggal di sebuah gubuk sempit, di permukiman kumuh di timur Jakarta. Sehari-harinya ia menjadi buruh cuci, mengumpulkan pakaian dan mencuci baju kotor, untuk makan sehari-hari. Ia memakai jins biru berpotongan baggy dan kaus putih mengiklankan resor pantai yang tenang dan indah, sebuah tempat jauh yang tak pernah ia kunjungi.

Evie berbicara perlahan, sopan, dan ada kerutan khawatir di dahinya.

Saat masih kecil, Evie sering dipukuli oleh ayahnya yang benci punya anak seorang "banci". "Dia ingin saya bertindak seperti anak laki-laki, tapi saya tidak merasa sebagai laki-laki," kata dia.

Setelah dihina dan disiksa, ia keluar dari sekolah setelah kelas tiga SD dan mulai belajar memasak.

Ternyata Evie sangat mahir memasak, ia pun bekerja di dapur di beberapa pejabat saat remaja. Ia mengingat masa-masa itu sambil tersenyum. Dan pada sebuah pesta perjamuan pada 1969, Evie bertemu dengan Ann Dunham, ibu Barack Obama, yang tiba dua tahun lalu di Indonesia setelah menikahi seorang pria Indonesia, Lolo Soetoro.

Dunham sangat terkesan dengan bistik dan nasi goreng buatan Evie. Ibu Obama pun akhirnya menawarkan pekerjaan buat Evie. Tak lama kemudian, Evie pun menjadi perawat Barry yang saat itu berusia 8 tahun, menjadi teman bermain, sekaligus menjemput dari dan mengantar ke sekolah.

Para tetangga ingat bahwa mereka sering melihat Evie keluar rumah pada malam hari mengenakan gaun lengkap dan riasan wajah. Namun, kata Evie, dia ragu Barry mengetahui hal itu.

"Dia masih sangat muda," kata Evie. "Dan saya tidak pernah mengizinkan dia melihat saya dengan pakaian perempuan. Tapi dia pernah melihat saya mencoba lipstik ibunya, kadang-kadang. Dia selalu tertawa senang melihatnya."

Saat keluarga tersebut pindah dari Indonesia pada awal 1970an, keadaan mulai memburuk buat Evie. Ia tinggal bersama seorang pacar. Namun, hubungan itu kandas tiga tahun kemudian, Evie pun menjadi pekerja seks.

"Saya berusaha bekerja sebagai pembantu, tapi tidak ada yang mau mempekerjakan saya," kata Evie. "Saya butuh uang untuk membeli makanan, tempat tinggal."

Evie harus kucing-kucingan dengan penjaga keamanan dan — karena saat itu Indonesia di bawah kekuasaan Soeharto — dengan tentara. Mereka sering mengumpulkan "banci", menaikkan mereka ke truk, dan mengangkutnya ke lapangan, tempat para waria ini ditendang, dipukuli, disiksa, dan dilecehkan.

Pada 1985, semuanya berubah. Ia dan teman-temannya kocar-kacir di antara gang-gang gelap untuk menyelamatkan diri dari tongkat pukul. Seorang waria yang sangat cantik, Susi, lompat ke kanal air penuh sampah.

Setelah keadaan tenang, mereka yang kabur kembali ke tempat semula, mencari Susi.

"Kami mencari semalaman," kata Evie, yang sampai sekarang masih dihantui oleh wajah temannya itu. "Akhirnya...kami menemukan dia. Keadaannya sangat mengenaskan. Tubuhnya bengkak, mukanya hancur."

Kini Evie mencari ketenangan lewat agama, ia rutin pergi ke masjid untuk salat lima kali sehari. Menurut Evie, dia hanya menunggu mati. "Saya tidak punya masa depan lagi."

Evie mengaku tidak tahu bahwa Barry yang pernah ia besarkan kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat pada 2008. Sampai kemudian Evie melihat foto keluarga yang pernah menjadi majikannya di koran dan TV lokal. Ia mengaku kenal dengan mereka.

"Saya tidak percaya," kata dia, lalu tersenyum lebar.

Kawan-kawannya awalnya tertawa dan berpikir Evie sudah gila, tapi mereka yang tinggal di kawasan Menteng Dalam membenarkan cerita Evie.

"Banyak tetangga yang kenal Turdi... Dia populer di sini, saat itu," kata Rudy Yara, yang masih tinggal di seberang bekas rumah Obama. "Dia orang yang baik dan sangat sabar dalam mengasuh Barry."

Evie berharap bekas asuhannya itu akan menggunakan kekuasaannya untuk membantu orang-orang seperti dia melawan para penindas. Obama sudah menunjuk Amanda Simpson, seorang transgender, sebagai penasihat teknis senior di Departemen Perdagangan pada 2010.

Buat Evie, yang penghasilannya tak cukup untuk hidup sehari-hari di jalanan Jakarta, kemenangan Obama di pemilihan presiden pada 2008 lalu cukup untuk memberinya alasan — setelah sekian lama — untuk berbangga.

"Sekarang, saat orang-orang menyebut saya sampah, saya bisa bilang: saya dulu menjadi pengasuh Presiden Amerika Serikat!"

Berita AMB

Peningkatan Pelayanan Transaksi

Sabtu, 11 Februari 2012 Member AMB Yth, untuk meningkatkan transaksi kedepan, sehubungan dengan sistem Clutsterisasi, saat ini kami sedang melakukan penataan alokasi produk agar member AMB tetap bisa menggunakan multi operational, dan sehubungan dengan itu kami mohon maaf jika selama penataan ini (-/+ satu bulan) transaksi mengalami sedikit hambatan mohon dimaklumi.
Untuk transaksi stabil kami sarankan dari jam 10.00 s/d 21.00.
Terimakasih Salam Luar Biasa
PT. Akses Makmur Bersama

SOSIALISASI AMB DI DINAS PENDIDIKAN BANGKA

Kamis, 02 Februari 2012
klikamb
 

Sosialisasi AMB di Dinas Pendidikan Bangka

Top Up Deposit Real Time 24 jam

Senin, 16 Januari 2012
Member AMB yth :
Nikmati kemudahan Top Up Deposit secara Real Time (24 jam)
Dengan MoCash BRI, member AMB dapat melakukan Top Up Deposit secara Real Time (24 jam).
Caranya :
1.       Buka Rek. BRI anda di Unit Kerja manapun di Indonesia
2.       Isi Formulir Aplikasi MoCash di Customer Service BRI
3.       Download Aplikasi MoCash BRI di Customer Service BRI, apabila anda menggunaka :
a.       HP Smartphone (Blackberry, Iphone, etc)
1.       Download Aplikasi MoCash BRI di Customer Service BRI
Contoh : Member AMB (id AMB8000001)melakukan Top Up Deposit Rp.100.000;00
2.       Pilih SMS Purchase
3.       Pilih Mobile Cash
a.       Masukan Store ID                    : 1003201 (id PT.AMB)
b.      Masukan Jml Pembayaran   : 100000 (jml top up deposit)
c.       Masukan Order ID                   : 8000001 (No Member AMB, tetapi di isi tanpa “AMB”)
4.       Tekan OK
b.      HP Candy Bar (Biasa)
Ketik : BAYAR MD STORE_ID JML_TOP_UP_DEPOSIT MEMBER_AMB PIN_SMS_BANKING
Contoh : Member AMB melakukan Top Up Deposit Rp.100.000;00
Ketik : BAYAR MD 1003201 100000 8000001 123456 kirim ke 9123

Motivasi Hari Ini.

Rabu, 04 Januari 2012 Berikut Motivasi hari ini yang di ambil dari berbagai sumber.
"Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan ialah orang yang 
tidak berbuat apa-apa. Jangan takut kepada kesalahan, selama anda 
tidak mengulangi kesalahan yang sama" - by Roosevelt.
"Success adalah kemampuan untuk melewati satu kegagalan demi 
kegagalan tanpa kehilangan semangat" - by Sir. Winston Churchill.