Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Rabu, 08 Februari 2012

Saya Lakukan Sejak Kelas 3 SMA

Lagi, Jaringan Prostitusi Terbongkar

Pontianak – Satuan Reserse dan Kriminal Umum Sub Unit Remaja Anak dan Wanita Polda Kalbar meringkus WK alias De, 17, muncikari prostitusi terselubung melibatkan gadis bawah umur di Hotel Harmoni, Sungai Raya Dalam, Kubu Raya, Senin (6/2) pukul 22.00.
Ketika ditangkap, WK sedang melakukan transaksi dengan pria hidung belang. Wanita tersebut juga membawa Ov, 17, wanita yang nantinya memuaskan nafsu pelanggannya.
WK tidak hanya sebagai muncikari, tetapi juga wanita pemuas nafsu pria hidung belang di hotel-hotel Kota Pontianak. “Saya melakukan ini sejak kelas tiga SMA tahun 2011 lalu. Ini saya lakukan lantaran tidak punya biaya buat bayar SPP,” ungkap WK yang juga sebagai penyalur wanita bawah umur di hotel-hotel.
WK dan Ov sudah terbiasa mencari uang dengan cara menjual kehormatannya. Mereka berdua selalu bersama dan sering nongkrong di salah satu kafe di Kota Pontianak sambil menunggu pria hidung belang untuk melayani nafsunya.
“Saya sering ngumpul sama kawan-kawan di kafe di Jalan Gajah Mada. Setelah dapat telepon, saya langsung berangkat menuju hotel yang telah ditentukan pemesan. Apabila pemesan lebih dari satu, saya mengajak Ov dan kawan-kawannya,” ungkap WK.
Wk mengaku mendapatkan imbalan Rp 200 ribu dari wanita yang dijualnya. “Saya tawarkan kepada tamu, satu wanita harganya Rp 800 ribu. Terjadi negosiasi antara tamu dengan saya dan hasilnya Rp 700 ribu. Saya hanya mengambil keuntungan Rp 300 ribu saja,” ungkapnya.
Sedangkan Ov mengaku menjual dirinya kepada pria hidung belang berdasarkan kemauan dirinya sendiri karena harus membayar utang kepada temannya Rp 250 ribu.
“Saya sudah dua kali melakukan hubungan seks dengan pria hidung belang. Saya melakukannya karena faktor ekonomi. Tadi malam saya kembali ingin menjual diri saya karena ingin membayar utang kepada orang Rp 250 ribu,” kilah Ov.
Ov mengaku awalnya ingin menggadaikan sepeda motornya. Alasannya kehabisan uang untuk kebutuhan hidupnya. Namun WK, rekannya, menawarkan menemani om-om yang sudah menunggu di Hotel Harmoni di Jalan Sungai Raya Dalam. “Saya mengiakannya saja. Karena saya butuh sekali uang itu,” jelas Ov.
Kabid Humas Polda Kalbar AKBP Mukson Munandar mengatakan Direktorat Reserse dan Kriminal Khusus Polda Kalbar Sub Unit Remaja Anak dan Wanita masih mendalami kasus WK dan Ov. Disinyalir kasus serupa banyak terjadi dan jaringannya rapi.
Mukson menjelaskan, WK dan Ov sudah dimintai keterangan. Bahkan WK ditetapkan sebagai tersangka. Keduanya juga telah menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar, memastikan kondisinya terinfeksi penyakit menular atau tidak.
Menurut Mukson, pengelola hotel juga bakal diperiksa terkait keberadaan anak di bawah umur bisa masuk kamar hotel secara bebas.
“Kita mensinyalir tidak hanya satu hotel tempat tersangka menjalankan aksi prostitusi anak,” ungkap Mukson. WK dijerat UU Nomor 23/2002 pasal 88 tentang Perlindungan Anak atau UU Nomor 21 tentang Perdagangan Orang. (sul)

Sudah Belasan Gadis Dijual

Konsumen Pejabat dan Pengusaha

AA menjalani pemeriksaan di Mapolda Kalbar
Syamsul Arifin
AA menjalani pemeriksaan di Mapolda Kalbar
 
Pontianak – Ternyata AA alias Al, 22, sudah menjual belasan anak bawah umur untuk memuaskan pria hidung belang. Pemuda tersebut menjajakan gadis bawa umur ke hotel-hotel di kawasan Kota Pontianak. Muncikari prostitusi terselubung tersebut ditangkap Satuan Reserse dan Kriminal Umum Sub Unit Remaja Anak dan Wanita Polda Kalbar, Kamis (2/2) lalu.
“Sudah belasan orang wanita muda yang saya jual ke pelanggan. Itu pun tergantung yang pesan. Kami melakukannya karena suka sama suka dan tidak pernah melakukan pemaksaan terhadap wanita-wanita itu. Jika ada orang mau minta wanita, mereka menelepon dan langsung dibawa ke hotel-hotel,” ungkap AA ketika diinterogasi jajaran Reskrim Polda Kalbar, Selasa (7/2).
Harga yang ditawarkan AA berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. “Saya melakukan bisnis ini selama delapan bulan, dengan pemesan yang berbeda-beda. Kebanyakan yang memesan berumur 30 tahun ke atas, mereka para pejabat dan pengusaha. Mereka langsung menunggu di hotel,” ungkapnya.
AA mengaku hanya mengambil keuntungan dari sang wanita Rp 150 ribu sampai Rp 250 ribu. “Saya tidak mengambil banyak dari mereka, hanya meminta imbalan. Saya hanya membantunya untuk mencari orang yang ingin memesan wanita yang berumur 20 tahun ke bawah,” jelas AA.
Dari belasan wanita yang dijajakan, beberapa di antaranya siswi SMA di Kota Pontianak. “Anak sekolah ada dua, selebihnya mereka banyak putus sekolah karena tidak punya biaya untuk melanjutkannya,” kata AA.
Kabid Humas Polda Kalbar AKBP Mukson Munandar mengatakan AA ditangkap oleh polisi yang melakukan penyamaran. Petugas pura-pura menjadi pria hidung belang yang memesan wanita kepadanya. Polisi membuat kesepakatan akan bertemu di salah satu hotel di Kota Pontianak.
“Tersangka sudah lama menjadi TO petugas terkait penjualan anak bawah umur. Dan baru ini tertangkap,” ungkap Mukson.
Mukson menegaskan, polisi akan melakukan razia di sejumlah hotel yang Kota Pontianak maupun di Kabupaten Kubu Raya. Karena hotel-hotel saat ini sudah banyak digunakan sebagai tempat prostitusi terselubung serta penjualan anak.
“Dalam waktu dekat ini kita akan mengerahkan petugas gabungan Polda Kalbar untuk melakukan razia di sejumlah hotel di Kota Pontianak. Di dalam melakukan razia ini kita juga akan berkoordinasi kepada pemkot dan pemda setempat,” tegasnya.
AA dijerat pasal tentang perdagangan manusia. Ancaman 10 tahun penjara. “Dalam proses kasus ini, Direktorat Reserse Umum Polda Kalbar akan melakukan pemeriksaan terhadap pengelola Hotel Harmoni Sungai Raya Dalam, Kubu Raya sebagai saksi,” tegas Mukson. (sul)

Capgome, Lintas Etnis Kian Berkualitas

Puluhan Ribu Warga Tumpah di Gajah Mada

Puncak acara Capgome 2563 di Jalan Gajah Mada Pontianak
Mahmudi
Puncak acara Capgome 2563 di Jalan Gajah Mada Pontianak, Senin (6/2)
 
Pontianak – Puncak acara Capgome 2563 di Kota Pontianak dipadati puluhan ribu warga termasuk wisatawan mancanegara menyaksikan berbagai atraksi naga dan kesenian multietnis di Jalan Gajah Mada, Senin (6/2).
Acara yang dikemas dalam konsep Festival Budaya Nusantara itu menampilkan kesenian dari berbagai etnis dengan keindahan budaya yang diikuti 23 kontingen lintas etnis dan delapan naga.
Wali Kota Sutarmijdi menegaskan masyarakat Kota Pontianak sangat toleran dan selalu memberikan ruang kepada semua etnis dan pemeluk agama, untuk melaksanakan ritualnya masing-masing. “Hubungan baik lintas etnis di Kota Pontianak harus kita jaga dan dipelihara karena terus meningkat kualitasnya. Ini aset budaya dan pariwisata yang harus dilestarikan,” ujarnya.
Pemkot Pontianak memiliki prestasi nasional di dalam implementasi kebhinekaan Indonesia. “Kota Pontianak merupakan daerah pertama yang menerapkan pencatatan sipil agama Khonghucu kepada pemeluknya sebelum daerah lain di Indonesia melakukannya. Ini prestasi kita dan menunjukkan warga lintas agama maupun suku budaya, boleh tinggal dan berkembang di Kota Pontianak dalam suasana saling menghormati dan menghargai,” ungkap Sutarmidji.
Sutarmijdi mengapresiasi Festival Budaya Nusantara Capgome 2563 yang terselenggara berkat kerja sama Pemkot Pontianak dan Yayasan Bhakti Suci (YBS). Acara yang harus dikemas semakin baik ke depan, akan memberikan dampak multiefek kepada ekonomi masyarakat.
Hadir dalam festival itu, Ketua Umum Yayasan Bhakti Suci (YBS) Pontianak The Iu Sia, Wakil Gubernur Kalbar Christiandy Sanjaya SE MM, Walikota Pontianak H Sutarmidji SH MHum, mantan Gubernur Kalbar H Soedjiman.
Ketua DPRD Kota Pontianak Hartono Azas, Danrem XII 121 ABW Kol Inf Toto Rinanto, tokoh DAD Kalbar Yakobus Kumis, Ketua Kerabat Batak M Natsir Silalahi. Kemudian perwakilan musyawarah pimpinan daerah (Muspida) Kalbar maupun Kota Pontianak, tokoh masyarakat lintas etnis maupun agama, dan tokoh masyarakat serta pemuda.
Wakil Gubernur Christiandy Sanjaya yang didaulat membuka Festival Budaya Nusantara Capgome 2563 menyampaikan salam bahagia dari Gubernur Drs Cornelis MH, kepada warga Kota Pontianak umumnya dan yang menonton festival Capgome di Pontianak.
“Mohon maaf karena Pak Gubernur tak bisa hadir di tengah-tengah warga Kota Pontianak, sebab harus membuka Festival Capgome di Singkawang,” jelas Christiandy.
Banyak berjalan ke berbagai daerah dan menyaksikan perayaan Imlek, sungguh semarak dan saling berbagi kebahagiaan kepada warga lintas suku maupun agama.
“Kami bangga atas perayaan Capgome yang dirayakan bukan saya masyarakat Tionghoa saja, tetapi juga seluruh etnis di Kalbar. Sungguh toleransi yang baik dan berdaya guna. Tidak hanya di Pontianak, Singkawang, perayaan Capgome juga dilaksanakan di beberapa daerah di Kalbar, seperti di Bengkayang dikemas sangat baik. Multietnis dan multibudaya ini membuktikan masyarakat Kalbar sangat toleran,” sanjung Christiandy.
Potensi ini, sambungnya, akan menjadi salah satu daya tarik bagi menambah pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten maupun kota dan provinsi. “Saya yakin Capgome ini akan mendatangkan wisatawan nasional maupun mancanegara. Atas segala kebaikan di dalam kehidupan ini, saya nyatakan Pawai Budaya Nusantara Capgome 2563 secara resmi dimulai. Kiong hi fat choi, xinnian kuaile (selamat dan semoga banyak rezeki, selamat tahun baru, red),” pekik Christiandy yang langsung disambut gemuruh warga dan musik tarian naga maupun barongsai.
Sebelum dimulai pawai Festival Capgome, terlebih dulu diumumkan para pemenang lomba hias kantor sekretariat yayasan yang bernaung di YBS Pontianak. Parade juaranya, untuk Harapan I disematkan ke Yayasan Suci Putih, Juara Harapan II Yayasan Sungai Jernih, Juara III Surya Mahmur, Juara II Yayasan Halim, dan Juara I Yayasan Makmur.
Usai pengumuman para pemenang lomba hias kantor yayasan, barulah pawai budaya nusantara Capgome dilaksanakan. Naga super jumbo dari YBS Pontianak langsung merangsek di depan mimbar kehormatan. Ribuan warga langsung menyerbu ke badan Jalan Gajah Mada.
Tidak saja peragaan naga dari etnis Tionghoa, etnis Melayu, Dayak, Madura, Batak, Ambon, dan lainnya mempersembahkan tarian, pencak silat. Belum lagi klub motor gede, sepeda ontel, Ikatan Koko Meimei, dan lainnya
Setiap kontingen yang tampil langsung naik ke atas panggung untuk tukar cendera mata atau langsung dapat penghargaan dari Yayasan Bhakti Suci dan Pemkot Pontianak, khususnya diwakili Dinas Pariwisata Pontianak.
Delapan naga yang tampil berasal dari naga YBS, Yayasan Pemadam Kebakaran (YPK) Siaga, Budi Pekerti, YPK Khatulistiwa, YPK Merdeka, BPAS Siantan, Panca Bhakti, dan Mitra Bakti. Tampil juga naga dari rumput maupun naga emas.
Sedangkan perwakilan lintas etnis, pertama kali dimulai dari perwakilan suku Melayu Pontianak, menyajikan pencak silat Melayu yang disaksikan Buang dan Dara Pontianak yang dipayungi perak dan keemas-emasan. Selanjutnya perwakilan dari kaum Dayak yang menampilkan tarian para gadis bekerja di ladang, serta beberapa tetua memberikan lukisan Kesatria Dayak kepada Ketua Umum YBS The Iu Sia.
Perkumpulan Perempuan Dayak Kalbar yang diketuai oleh mantan anggota DPRD Kalbar, Khatarina Lies juga tampil. Selain menarikan tarian khas Dayak, juga memainkan alat musik sape’.
Paguyuban masyarakat Batak juga tak mau ketinggalan, mereka menarikan tarian Tor-tor yang diikuti pula oleh Ketua Yayasan Bhakti Suci The Yu Sia di atas panggung bersama Rihard Silalahi, Ketua Paguyuban Batak di Pontianak. Tak ketinggalan, saat para naga beraksi, sesekali Wakil Gubernur memberikan angpau kepada naga yang membelalakkan mata karena panjang dan warna naga yang berwarna-warni.
Walikota Sutarmidji bangga atas terselenggaranya pawai multietnis budaya yang digelar sangat sukses di awal tahun naga air di 2012 kali ini. Namun, melihat antusias warga yang ingin menyaksikan atraksi, ke depan Pemkot akan memikirkan beberapa hal agar masyarakat dapat lebih menikmati hiburan yang digelar setahun sekali tersebut.
“Ke depan kami akan memikirkan kembali agar masyarakat Kota Pontianak lebih nyaman dalam menikmati hiburan seperti ini. Salah satunya mungkin dengan menutup jalan di satu sisi sehingga ada tempat tersendiri bagi mereka untuk melihat atraksi dengan nyaman,” kata Sutarmidji.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bhakti Suci The Yu Sia menambahkan ke depan pihaknya juga akan mengusahakan kenyamanan para penonton dalam menyaksikan pagelaran Cap Go Meh. “Karena selama ini jumlah peserta dari tahun ke tahun sangat meningkat,” pungkasnya. (mah/dna)