Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Kamis, 26 Januari 2012

Amoy Pontianak Tewas, Konsulat Malaysia Bungkam

Pontianak – Christy Erny alias Su Ling 20, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Pontianak yang diperkosa dan dibunuh di sebuah casino, Kamis (12/5) lalu, belum jelas proses pemulangan jenazahnya. “Maaf, Bapak Konsul (Khairul,red) belum bisa menjelaskan. Masih perlu koordinasi. Nanti kalau siap pasti kami akan memberi komentar,” kata Ketty Sekretaris Konsul Malaysia kepada empat jurnalis dari harian media lokal di Kalbar yang mendatangi konsulat, Rabu (18/5).
Pihak Konsulat sempat bertanya tentang pemberitaan menyangkut Christy. Dengan meminta tanggal terbit kabar tersebut untuk memudahkan pencocokan data sebagai rujukan dalam memberi komentar. “Kapan beritanya,” kata Ketty.
Sebelumnya pada Minggu (15/5) beberapa jurnalis sudah berupaya meminta konfirmasi kepada pihak konsulat. Tapi tidak membuahkan hasil karena hari libur.
Ditemui terpisah, Komisi Perlindungan Anak Daerah Kalbar menyatakan, dalam kasus Christy bukan saja persoalan administratif legal tidaknya tenaga kerja Indonesia. Namun pada harga diri sebagai bangsa Indonesia. Hingga kini ada saja cerita tentang TKI kita yang bekerja di Malaysia yang mengalami nasib yang malang.
“Pada intinya, nasib malang mereka itu salah satunya karena adanya anggapan yang rendah terhadap TKI yang mengadu nasib di Malaysia,” kata Chatarina, Sekretaris KPAID Kalbar, kemarin.
Ia menambahkan, KPAID akan berkoordinasi dengan pemerintah Malaysia melalui Konsulat Malaysia di Pontianak dalam menindaklanjuti kasus Christy dan ibunya. Karena menyangkut masalah kedua adik korban. Trivonia dan Leviana.
“Secara psikis Trivonia dan Leviana sangat rentan. Hal ini tentu akan memengaruhi perkembangan kepribadian mereka. Belum Lagi, persoalan makan dan kebutuhan hidup,” kata Chatarina.
Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Su Ling dianiaya terlebih dahulu dengan cara dicekik oleh empat perampok yang sudah merencanakan sebelumnya. Mereka menyatroni casino itu ketika kondisi dalam keadaan sepi. Sumirna alias Afi, 39, ibunya Erny turut menjadi korban dengan luka di kepala dan tubuhnya. Afi dan Su Ling tinggal di salah satu ruangan di lokasi perjudian tersebut.
Jasad amoy ini masih berada di rumah sakit Kuala Lumpur. Sedangkan Afi mengalami pendarahan di bagian kepala akibat dibenturkan ke dinding dan rusuknya patah tiga. Dari keempat pelaku, dua sudah berhasil dibekuk pihak Polis Diraja Malaysia.
Akibat kasus Christy, kata Chatarina, pemenuhan dan penjaminan hak anak pada kedua adik korban menjadi terkendala dan bahkan bisa saja hak mereka kurang terjamin dan terpenuhi. Masalah ini berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab negara dan pemerintah yang tertuang dalam Pasal 23,25 dan 26 ayat (1) UU No 23/2002.
“Dari kasus kini KPAID mengimbau seluruh masyarakat yang ingin mengadu nasib ke luar negeri beserta anggota keluarga agar mempertimbangkan risiko yang dihadapi. Terutama yang mempunyai tanggungan anak,” kata Christina. “KPAID bukan berbicara kasusnya tapi masalah kedua adik korban,” tambah dia. (sul/man)

Korban Pembunuhan di Malaysia Dikuburkan

pemakaman Christy Erny alias Su Ling
Arman
Su Ling diantar menuju liang lahad.
 
Pontianak – Jasad Christy Erny alias Su Ling, 20, korban pembunuhan dan pemerkosaan di Malaysia dikebumikan, Sabtu (21/5) sekitar pukul 09.00 di pemakaman Bhakti Suci Jalan Khatulistiwa. Jasad Su Ling dua hari disemayamkan di Yayasan Abadi di Jalan Parit Pekong. Keberangkatan jasad Su Ling mendapat pengawalan Polsek Pontianak Utara dan Pemuda Pancasila. Sementara pihak keluarga ikut ramai mengantar ke tempat peristirahatan terakhir amoy ini.
Sesampainya di tempat pemakaman, acara dimulai dengan foto bersama di peti mati korban. Setelah itu, jasad Su Ling yang berada dalam peti mati diusung sekelompok pria dari perkumpulan Sehati. Tiba di lokasi, jasad Su Ling dikebumikan. Beberapa warga yang simpatik dengan korban ikut menghadiri pemakaman Su Ling.
Bahkan petugas dari Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Pontianak serta dari perwakilan Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Kalbar tampak hadir dalam acara prosesi pemakaman korban. Bong Nha Sia, 42, paman korban, menuturkan, berterima kasih kepada pemerintah yang telah berupaya memulangkan jasad keponakannya itu.
Walaupun memercayakan hukum di Malaysia, namun ia pun mengharapkan pemerintah terus memantau kasus tersebut. Sebab perbuatan pelaku sangat keji. Selain diperkosa, korban juga dibunuh. Bahkan ibu korban, Sumirna alias Afi, 39 pun dianiaya pelaku. Yang menjadi perhatian pihak keluarga sekarang, bagaimana membiayai pendidikan kedua adik korban, Stevani, 15 dan Liviony, 12.
Korban merupakan tulang punggung keluarga dan kedua adiknya. “Dengan meninggalnya korban dan ibunya tak lagi dapat bekerja, bagaimana membiayai sekolah kedua adiknya,” katanya.
Dijelaskan Bong Nha Sia, kabar yang ia terima, kondisi Afi di Kuala Lumpur sudah mendingan. Bahkan ia sudah keluar dari rumah sakit. Bila kondisi Afi benar-benar sembuh, maka akan pulang di Pontianak. “Kalau sudah sembuh, ibu korban akan dipulangkan. Selain itu, ia masih diperlukan polisi di Malaysia untuk dimintai keterangan,” ujarnya.
Ditambahkan dia, sampai saat ini Afi masih belum mengetahui anaknya, Su Ling meninggal dunia. Ia hanya tahu, kalau Su Ling dipulangkan ke Pontianak. “Kita sengaja belum memberitahukan kepadanya, karena dikhawatirkan makin shock,” lanjutnya.
Ateng Sanjaya, wakil pihak keluarga korban, menuturkan, kasus tragis yang menimpa Su Ling merupakan potret kehidupan masyarakat Kalbar. Hal ini terjadi karena banyak warga Kalbar yang mengadu nasib di luar negeri untuk mencari pekerjaan.
“Memang ada pepatah yang mengatakan lebih baik hujan batu di negeri sendiri, dari pada hujan emas di negeri orang. Namun kenyataannya lapangan pekerjaan di negeri sendiri sangat minim. Selain itu, pekerjaan di negeri orang sangat menjanjikan. Apalagi korban harus menghidupi keluarga dan kedua adiknya, setelah meninggalnya ayah mereka,” kata tokoh Tionghua yang banyak bergerak dibidang sosial ini.
Semenjak mendengar Su Ling meninggal tragis di Malaysia, Ateng, terus mengoordinasi rekan-rekannya untuk menyiapkan segala sesuatunya di Pontianak. Bahkan ia terus mengontak rekan-rekannya asal Pontianak yang hidup mapan di Kuala Lumpur agar terus mengupayakan jasad Su Ling segera dipulangkan.
“Saat ini kita tetap mengupayakan agar kedua adik korban bisa terus melanjutkan pendidikannya. Apalagi salah satu adiknya baru lulus SMP, sehingga memerlukan banyak uang untuk melanjutkan ke SMA. Kita pun mengharapkan ada dermawan yang ingin menjadi orang tua asuh bagi kedua adik korban, termasuk membiayai pendidikan keduanya,” harapnya.
Sementara itu, Chandra, kerabat korban yang tinggal di Kuala Lumpur, menjelaskan, kedua pelaku sudah ditahan polisi Malaysia. Para pelaku masing-masing berumur 19 dan 23 tahun. Antara pelaku dan korban pun sebenarnya sudah saling kenal. Karena pelaku kerap berkunjung ke tempat korban kerja. “Para pelaku dua orang dan mereka sudah merencanakan perbuatannya,” katanya saat dijumpai usai prosesi pemakaman Su Ling.
Para pelaku memang sudah berniat ingin memerkosa Su Ling. Sebelumnya pelaku menganiaya Afi dengan cara membenturkan kepalanya ke dinding. Bahkan ia diinjak-injak hingga tulang rusuknya patah tiga. Sedangkan Su Ling setelah diperkosa, dianiaya hingga akhirnya tewas.
Tidak ada perampokan waktu itu. Sebab tidak ada perhiasan dan harta korban yang hilang. Para pelaku hanya berusaha membuat alibi untuk mengecoh petugas. “Mereka bukan merampok, tapi memang mengincar untuk memerkosa Su Ling,” tukas Chandra.
Ditambahkan dia, tempat korban bekerja bukan casino, tapi semacam permainan ketangkasan. Namun permainan ketangkasan tersebut berbau judi. Begitu juga tempatnya, bukan di Kuala Lumpur. Melainkan di daerah Seremban, Negeri Sembilan. “Itu seperti di Kota Pontianak dengan daerah Peniti, Kabupaten Pontianak,” jelasnya. (arm)

Amoy Pontianak Tewas Dirampok

Christy Erny alias Su Ling.
Christy Erny alias Su Ling.
Dua warga Pontianak menjadi korban kekejaman perampok di Malaysia. Si Ibu luka parah. Kondisi anaknya lebih tragis. Dianiaya hingga tewas. Benarkah sebelumnya diperkosa?
PONTIANAK – Christy Erny alias Su Ling 20, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Pontianak tewas di tangan perampok di sebuah casino tempat korban bekerja, Kamis (12/5) sekitar pukul 13.30 di Kuala Lumpur, Malaysia. Sedangkan Sumirna alias Afi, 39, ibunya Erny menderita luka parah.
Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Su Ling dianiaya terlebih dahulu dengan cara dicekik oleh empat perampok yang sudah merencanakan sebelumnya. Mereka menyatroni casino itu ketika kondisi dalam keadaan sepi. Afi dan Su Ling tinggal di salah satu ruangan di lokasi perjudian tersebut.
Jasad amoy ini masih berada di rumah sakit Kuala Lumpur. Sedangkan Afi mengalami pendarahan di bagian kepala akibat dibenturkan ke dinding dan rusuknya patah tiga. Dari keempat pelaku, dua sudah berhasil dibekuk pihak Polis Diraja Malaysia.
Menurut Bong Nha Sia, 42, paman korban, sebelumnya pihak keluarga mengetahui Su Ling tewas setelah diberi kabar oleh Ahang, warga Parit Banseng Pontianak Utara yang juga bekerja di Kuala Lumpur. Ahang mengatakan Su Ling dan Afi dirampok.
“Informasi yang saya dapat malah Su Ling sempat diperkosa pelaku. Namun informasi ini belum jelas, sebab ibunya masih belum bisa diajak ngomong karena belum sadarkan diri,” ujar Bong Nha Sia dijumpai wartawan di rumah korban, Gang Bersama II Nomor 05 RT 003 RW 018 Jalan Parit Pekung Siantan Tengah Pontianak Utara.
Sayangnya, akses informasi dari pihak keluarga korban ke Malaysia sangat sulit. Hingga kemarin belum diketahui, apa saja yang dirampok oleh para pelaku tersebut. Yang pasti, para pelaku sering main di casino tersebut.
Dijelaskan Bong Nha Sia, sekitar dua bulan lalu Su Ling bekerja di Kuala Lumpur. Dia mengikuti ibunya yang telah bekerja di casino tersebut sekitar tujuh bulan. “Awalnya ibunya pulang Imlek. Karena kebetulan di sana ada lowongan, Su Ling dibawa setelah perayaan Imlek. Mereka berdua bekerja sebagai kasir di sebuah casino di Kuala Lumpur,” ungkapnya.
Rencananya, jasad Su Ling tiba di Pontianak, Sabtu (14/5). Namun terkendala surat-menyurat sehingga diurungkan keberangkatannya. Rabu (18/5) kemungkinan besar jasad Su Ling sudah tiba di kota kelahirannya, Pontianak.
Saat ini pihak keluarga hanya bisa mengharap, semua pelaku perampokan dapat ditangkap oleh Polis Diraja Malaysia. “Kami mohon bantuan pemerintah agar mengupayakan segera kepulangan jasad korban,” harap Bong Nha Sia.
Su Ling merupakan tamatan SMK 3 Pontianak pada tahun 2009 di jurusan Akuntansi. Dia anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Ng Zau Meng dan Sumirna alias Afi. Ayahnya sekitar setahun lalu meninggal dunia akibat sakit jantung. (arm)

Kedok PRT Berpura-pura Diperkosa Terbongkar

Pontianak, Ulah pembantu rumah tangga (PRT), My, 22, asal Sungai Ambawang, yang satu ini memang aneh. Hanya karena menganggap gajinya kurang, ia malah berpura-pura diperkosa dan dibekap, Selasa (6/1) sekitar pukul 05.00.
Kontan saja sang majikan, Iwan, 34, dan istrinya, Umi, 29, warga Kompleks Purnama Agung VII panik. Cerita berawal ketika subuh hari itu, My, tiba-tiba berteriak minta tolong. My, mengaku seorang pria datang dan hendak memperkosanya. Kontan saja seisi rumah panik dan menelepon aparat Mapolsekta Pontianak Selatan.
Tak lama kemudian beberapa petugas kemudian mendatangi lokasi kejadian dan menemukan beberapa kejanggalan, di antaranya, ketika kejadian cuaca hujan sementara tak ditemukan satupun bekas telapak kaki. Selain itu tak ada satupun kunci yang rusak.
Berdasarkan kecurigaan tersebut, keesokan harinya (Rabu 7/1) dipimpin langsung Kapolsekta Pontianak Selatan AKP Bowo Gede Imantio kembali mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan reka ulang terhadap kejadian tersebut. Lagi-lagi kecurigaan polisi bertambah. Pasalnya My, memberikan keterangan yang tak masuk akal. My, mengaku sempat mendorong orang yang hendak memperkosanya hingga terbentur dinding kamar.
Sayangnya ketika polisi melakukan reka ulang, tolakan My, ternyata tak membuat petugas terbentur seperti yang dituturkan My. Terlebih lagi, My, juga mengatakan pelaku masih berada di dalam kamar ketika ia keluar minta tolong. Pernyataan PRT itu dinilai petugas sangat janggal. Pelaku tidak mungkin membiarkan korbannya keluar kamar dan berteriak.
Selain itu petugas juga menemukan celana yang menurut My, adalah celananya yang dilempar pelaku luar kamarnya. Sekali lagi petugas dibuat bingung. Jika hendak memperkosa kenapa celana harus dilempar sejauh itu. Tak cukupkah diletakkan di kamar saja. Salah seorang petugas, Brigadir Siyo, juga menemukan uang yang disimpan PRT tersebut di lipatan pinggang celana tersebut. Padahal sebelumnya, My, mengaku uang Rp 250 ribu gajiannya itu hilang. 
Meski telah diduga kuat petugas tak mau sembarangan. Penyelidikan kemudian dilanjutkan pada kunci pintu yang diduga disembunyikan My. Beberapa petugas pun tampak sibuk mencari. Tapi tak lama kemudian setelah diinterogasi Kapolsek, My, akhirnya mengaku.
Sambil menangis My, mengakui semua yang telah dikatakannya itu dusta belaka. My mengaku nekat melakukan hal tersebut karena menganggap gajinya kecil. Sementara untuk ngomong langsung kemajikan ia merasa sungkan. Pasalnya My, menilai Iwan dan istrinya sudah terlalu baik padanya.
“Uang gaji saya tidak cukup untuk mengirim ke kampung. Tapi mau minta ke bapak (Iwan, red) saya malu. Bapak dan ibu sudah terlalu baik dengan saya. Saya memang salah dan saya minta maaf,” aku My di hadapan majikannya.
Selain itu My juga mengaku laporan sebelumnya Senin (15/12) sekitar pukul 10.10 melalui Iwan, My, membuat laporan percobaan pencurian. Ketika itu My, ditemukan tergeletak, tangan, kakinya terikat dan mulut dibekap Minggu (14/12) sekitar pukul 06.30.
“Laporan itu juga bohong, bukan orang lain yang mengikat dan membekap saya. Tapi saya sendiri. Awalnya saya mengikat kaki, mulut dan terakhir tangan saya,” terangnya. 
Sementara Iwan tak menyangka PRT yang baru sebulan bekerja itu tega berbuat demikian. Padahal selama ini My, telah dianggap seperti anak sendiri. Ia juga menyesalkan My tak bicara langsung mengenai gaji kepadanya.
“Cobalah My ngomong dengan bapak. Maunya berapa, kalau bapak sanggup akan bapak penuhi, tapi kalau tidak My akan bapak pulangkan. Ongkos pulang juga akan bapak kasih. Selama ini bapak menggaji PRT-ya segitu,” tutur Iwan kesal.
Sementara itu Kapolsek mengatakan sejak awal laporan, Senin (15/12) polisi memang tak bisa membuktikan adanya penyekapan ataupun perampokan. Meski My telah  mengakui kebohongannya, proses hukum tetap dilanjutkan. “Untuk proses selanjutnya kita masih dalam tahapan penyelidikan dulu,” pungkas Bowo. (KiA)

Hendak Diperkosa, Sering Dikejar Manusia Bertopeng

Derita Para TKW di Negeri Jiran (bagian 2)

Hendak Diperkosa, Sering Dikejar Manusia Bertopeng
Salah satu TKW (belakang) yang sering disiksa majikannya di Malaysia. (Dokumen Equator)
 
Bermacam-macam kisah pilu tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Ada yang disiksa hingga psikisnya terganggu hingga dipekerjakan sebagai pelacur. Belum kapok?

Hampir dua tahun Eka (13) bekerja di Miri Malaysia. Selama itu pula siksaan fisik kerap datang bertubi-tubi. Badannya yang lebam membiru membuktikan gadis manis asal Darit, Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak ini tak henti mendapat kekerasan fisik.
Kini, nasib Eka sungguh memprihatinkan karena kejiwaannya juga terganggu. Kamis (14/10) Eka dibawa ke unit pelayanan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Jalan Alianyang Pontianak.
Seperti hari sebelumnya, Eka seolah tak memiliki lagi kepercayaan diri. Ia dihantui ketakutan. Terbukti ketika memasuki pelataran bangunan RSJ, tangannya menggenggam erat temannya, Siti, yang turut mengantar gadis tersebut untuk diobati kejiwaannya.
Eka yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) di salah satu keluarga di Miri ini awalnya dibawa bibinya. Ia dijanjikan mendapat gaji sebesar 300 hingga 400 ringgit. Namun setelah bekerja, haknya itu tidak pernah diberikan sang majikan hingga Eka nekat kabur dan ditemukan Polis Diraja Malaysia (PDRM) yang selanjutnya membawa ke Konsulat Jenderal (Konjen) RI.
Kepala Seksi (Kasi) Jaminan Sosial Dinas Sosial Provinsi Kalbar, Abdillah mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Anak dan Perempuan Provinsi Kalbar mengingat Eka merupakan korban perdagangan anak (trafficking) di bawah umur.
“Dari hasil koordinasi itu, Eka sementara dibawa ke RSJ Alianyang untuk menjalani proses penyembuhan, karena kondisi gadis itu masih sangat memprihatinkan. Bahkan sudah beberapa kali Eka berteriak seperti ketakutan,” ujar Abdillah.
Agustini, salah seorang staf  di Dinas Sosial Kalbar bagian penanganan pemulangan TKI bermasalah mengatakan, selain Eka, lima orang TKI rekannya sudah dipulangkan ke tempat asalnya.
Mengenai biaya pemulangan itu, berasal dari Departemen Sosial. “Tapi kita dahulukan menggunakan dana talangan yang ada. Setelah itu baru kita klaim ke pusat. Sedangkan biaya pengobatan langsung dari Departemen Kesehatan karena dana itu tidak melekat di Dinas,” papar Abdillah.
Kelima TKI yang disiksa di Malaysia dan dipulangkan ke kampung halamannya, Kamis (14/10), yakni Rani (25) warga Probolinggo Jawa Timur, Siti Puji A (30) warga Indramayu bekerja di Kedai VCD, Agustina (19) warga Seluas Kabupaten Bengkayang, Sarinem (35) warga Ngawi bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dan Kamsiah (37) warga Indramayu yang bekerja merawat nenek majikannya.
Malaysia sering dijadikan tujuan bagi para pencari kerja di tengah sulitnya lapangan pekerjaan. Kisah memilukan juga sering menimpa para TKI maupun TKW. Namun arus tenaga kerja makin saja deras. Sebagian di antara para TKI itu ada yang kapok.
Siti Puji A, yang bekerja di Kedai VCD milik Hong Leong selama enam bulan mengaku kapok mencari uang di negeri jiran. “Ternyata disana banyak yang jahat, hampir tiap malam saya mau diperkosa,” ungkapnya.
Siti menceritakan, dirinya bekerja di Malaysia berawal ketika ada salah seorang agen penyalur tenaga kerja asal Jakarta yang baru ia kenal mengiming-iminginya kerja di Malaysia bisa mendapat uang yang banyak, dan keselamatan serta jaminan hukum dijamin negara.
“Awalnya saya tidak mau, tapi setelah beberapa kali dibujuk akhirnya saya ikut. Lagi pula di Indonesia mencari kerja juga sulit. Belum lagi kondisi ekonomi keluarga yang serbasusah,” kata Puji.
Kemudian, sekitar Februari 2010, Puji berangkat ke Malaysia melalui Pontianak dan selanjutnya menuju ke Entikong menggunakan bus. “Memang saya dipekerjakan di sana, setelah kerja kerap kali mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang-orang di sana. Bahkan sering mau diperkosa orang bertopeng,” kata Siti.
Masalah makan dan minum memang selalu dipenuhi majikannya, tapi kalau menyangkut hak seperti gaji, tidak seperti apa yang diimpikan Puji. Justru sebaliknya, tidak pernah diberikan gaji. Ketika mau pinjam uang juga tidak diberi sepeser pun. “Saya dijanjikan gaji 450 ringgit tapi tidak pernah dibayar, ini sama saja saya dijajah,” ujarnya.
Merasa tidak betah, Puji memilih lari ke hutan dan menemukan sebuah perkampungan suku Dayak Iban. Selama di perkampungan itu, dia membantu pemilik rumah tempat ia tinggal bertani. Hingga pada akhirnya dijemput perwakilan Kedutaan RI dan kembali ke negara tercintanya Indonesia. Kejadian yang dialami para TKI, khususnya TKW tak ubahnya pepatah, hujan batu di negeri sendiri lebih enak ketimbang hujan emas di negeri orang. (jul/bersambung)

Gadis Belia Tewas Diperkosa

Mayat Terapung di Kolam Dompeng

Bengkayang, Gadis belia, Lena, 14 sempat menghilang, tiba-tiba ditemukan tewas di kubangan air bekas dompeng di Dusun Merpati Kecamatan Samalantan sekitar pukul 07.00, Jumat (17/4). Kening mayat berlubang, kedua lengan retak dan tanpa celana dalam. Warga enggan mengangkat jasad korban sampai petugas Polsek Samalantan tiba di TKP yang berjarak 300 meter dari rumah korban. Walaupun sudah menjalani visum di Puskesmas terdekat, atas anjuran tokoh masyarakat, mayat Lena kembali divisum di RSUD Abdul Aziz. Terduduk lemah di samping jenazah putrinya, Libertus menceritakan ihwal pembunuhan keji tersebut. Lena berdasarkan kebiasaan menghantar nasi dan ember kepadanya di kebun karet pada pagi hari. Hanya saja, sampai Kamis pukul 11.00, anak keempat dari lima bersaudara itu tak kunjung muncul di kebun. “Saya merasa kelaparan dan bergegas pulang pada siang hari,” bebernya. Libertus yang mengetahui Lena tidak di rumah bergegas mencari. Hasilnya nihil. Dia pun minta bantuan warga untuk mencari Lena. Libertus dan warga menelusuri ke beberapa lokasi hingga dini hari. “Setelah berhenti, pencarian dilanjutkan pagi hari. Lena ditemukan sudah terendam di lubang dompeng,” ujarnya. Aparat kepolisian diminta Libertus segera mengungkap misteri pembunuhan keji tersebut. Rencananya hari ini (Sabtu, red) jenazah Lena dikebumikan di Pemakaman Umum Samalantan. “Saya sama sekali tidak mendapat firasat tentang pembunuhan ini. Saat ini kami masih menunggu keluarga yang belum datang,” serunya. Senada, Kepala Dusun Melati, Akian, 59 yang turut memantau proses visum dan olah TKP mengatakan, mayat Lena ditemukan masih mengenakan pakaian minus celana dalam. Kuat dugaan, korban lebih dahulu diperkosa sebelum dihabisi nyawanya. “Di TKP terdapat jalan yang sering dilintasi para warga yang hendak ke kebun masing-masing. Kami tidak ada mendengar teriakan dan melihat hal mencurigakan,” imbuhnya ditemui di rumah duka. Akian memastikan, dia dan warga Dusun Melati bisa mengenali setiap orang luar yang datang ke dusun. Pembunuhan di sana sudah dua kali terjadi. “Kita berharap warga tetap tenang dan menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada kepolisian,” paparnya. Sahabat dekat korban, Mina mengatakan, sehari-hari Lena sangat santun dan baik. Terakhir bertemu dengan Lena dua hari sebelum ditemukan tewas. “Dia tidak ada berpesan apapun. Selama ini Lena lebih banyak di rumah,” ujarnya. Sementara itu, satu warga setempat, Paulus mengatakan, di sekitar TPK pada siang hari selalu sepi. Orang melintas menuju kebun biasanya pada pagi hari. “Kolam dompeng ini merupakan milik Libertus. Demikian juga kebun karet Libertus kelihatan dari kolam ini,” akunya. Pasca pembunuhan itu warga mengaku timbul rasa cemas dan takut. Terlebih pelaku masih bebas berkeliaran dan belum diketahui keberadaannya. Sedangkan dari hidung mayat yang terbaring kaku di rumah duka senantiasa mengeluarkan darah kental. (man)

Bukan Salah Rok Mini

Jakarta – Heboh berita pemerkosaan perempuan di dalam angkot di Jakarta telah membuat keprihatinan banyak pihak. Bahkan ada yang mengecam melalui aksi demo yang mengatakan, kesalahan bukan pada penggunaan rok mini tetapi pada pikiran dan otak jorok pemerkosa. Baru-baru ini giliran mahasiswi Institut Musik Indonesia (IMI), Novinda Parantika alias Putri,18, yang ketakutan sopir angkot yang dia naiki melakukan kejahatan.
Putri nekat melompat dari kendaraan yang sedang berkecepatan tinggi tersebut. Dia mengalami luka dan polisi memburu pengemudi angkot yang misterius tersebut.
Mahasiswi jurusan vokal itu mengalami luka serius di bagian kepala kanan. Seorang petugas busway, Wahyu, dan beberapa pejalan kaki bergegas menolong korban.
Dengan mencegat sebuah mobil yang melintas, Wahyu melarikan korban ke Rumah Sakit Harapan Jayakarta (RSHJ), Cakung, Jakarta Timur, untuk mendapat pertolongan pertama. Sedangkan angkot M 27 jurusan Kampung Melayu-Pulogadung yang semula ditumpangi korban memilih kabur.
Saat ditemui wartawan di Ruang Cempaka I RSHJ, cewek berwajah manis itu sudah siuman. Hanya saja dia masih lemas karena mengalami gegar otak ringan. Perban di kepala belakangnya menutup luka sepanjang 25 cm dengan 10 jahitan. Korban ditemani ibu kandungnya, Ida Tepo Palupi dan pamannya Erryanto.
Kepada wartawan, Erryanto, 41, mengungkapkan, semula korban dari kosnya di kawasan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, naik angkot hendak berangkat kuliah. Saat itu Putri duduk di bagian belakang. Di dalam angkot, semula ada seorang penumpang perempuan dengan satu anak kecilnya. Saat jalan sekitar 1 km, penumpang perempuan berikut anaknya turun masjid di Jalan Bekasi Timur.
Maka tinggal ada, sopir angkot dan seorang laki-laki yang duduk di samping sopir. Putri curiga karena angkot di perempatan Tu Gas kemudian belok kiri ke Jalan Pemuda arah Rawamangun. Padahal angkot seharusnya jalan lurus ke Terminal Pulogadung.
Di sinilah korban merasa ada gelagat yang tak baik dari sopir angkot. Apalagi korban yang minta turun sembari menyerahkan ongkos, namun sopir justru tancap gas. Maka, Putri yang dibalut rasa khawatir akan menjadi korban pemerkosaan nekat melompat keluar dari angkot.
Meski pingsan dan luka serius, korban cepat ditolong dan dilarikan ke RS yang tak jauh dari lokasi. Sementara angkot tersebut langsung tancap gas.
Dari diagnosis dokter, Putri mengalami indikasi gegar otak ringan karena kepalanya terbentur dengan keras. Setelah dirawat intensif, korban berangsur-angsur sadar dan kesehatannya mengalami kemajuan. Bahkan, korban dibantu petugas RS, mengabari keluarganya di Semarang.
Seketika itu ibu kandung serta paman Putri terbang ke Jakarta. “Sekarang dia sadar dan sudah bisa bicara. Tapi dokter meminta kami menunggu perkembangan. Karena gegar otak ringan, bisa risiko memburuk atau sebaliknya cepat membaik,” kata Erryanto.
Menurut Erryanto, saat kejadian keponakannya itu tidak mengenakan pakaian yang minim apalagi seksi. Putri saat hendak kuliah mengenakan celana jeans, kaus warna abu-abu dan jaket berbahan jeans.
Erryanto mengatakan pihaknya belum sempat melaporkan peristiwa yang menimpa keponakannya ke polisi. “Mungkin nanti kami akan lapor polisi. Tapi saat ini kita fokus ke kondisi anaknya dulu,” tegasnya.
Menurutnya, Putri merupakan anak tunggal pasangan Ida Tepo Palupi dan almarhumah Agus Riyanto, seorang perwira berpangkat kapten penerbang TNI AD. Dikatakan, keponakannya baru tinggal dan berkuliah sekitar dua bulan di Jakarta.
Novinda Parantika, berkuliah di IMI Pulogadung mengambil jurusan vokal. Prestasi Novinda di bidang tarik vokal tidak diragukan. Bisa dibilang prestasinya tingkat dunia di aliran musik jazz. Dia pernah menjuarai Festival Vocal Group Indomaret (FOGI) 2009 asal Semarang.
Dari situ dia terpilih sebagai duta tim Indonesia yang bertanding di festival musik jazz bergengsi, The 6th World Choir Games (WCG) di Shanghai, Tahun 2010. Putri berikut group bandnya berhasil menjuarai festival tingkat dunia itu. Prestasi tersebut tak lepas dari gemblengan artis jazz kawakan, (alm) Elva Sesoria. (dni)

Tiga Kali Digagahi Bapak Tiri

Pontianak – Tindakan SM, 35, sangat keterlaluan. Bunga, 13, yang seharusnya dilindungi malah dihancurkan masa depannya. Anak tiri yang masih ABG itu diperkosa Oktober 2010 lalu di rumahnya Rasau Jaya I Patok 14. Namun baru dilaporkan, Jumat (29/7) pukul 12.00 ke Mapolsek Rasau Jaya. Kapolsek Rasau Jaya, Iptu Wahyu Jati Bowo SiK melalui Kanit Reskrim, Aiptu Suratno SH, mengatakan kejadian itu dilakukan pelaku pada Oktober 2010 ketika istrinya sedang tidak berada di rumah.
Pelaku memaksa dan mengancam anak tirinya. Kemudian pelaku meminta korban memuaskan nafsunya. Bahkan pelaku pernah meminta Bunga untuk melayani hal yang sama ketika sedang berada di kebun.
Setelah menggagahi Bunga sebanyak tiga kali, merasa nafsunya terpuaskan ia pun langsung menitipkan Bunga di rumah pamannya di Siantan. Semua itu guna menutupi perbuatan bejatnya agar tidak diketahui istri dan keluarganya.
Menurut Suratno, kejadian itu baru diketahui oleh pihak keluarga sekitar satu minggu yang lalu. Saat Bunga pulang ke rumah mbahnya, Bunga mengatakan kejadian yang pernah dialaminya.
"Saat di rumah mbahnya, Bunga dipesankan sama mbahnya, hati-hati kamu kalau tinggal bersama bapak tiri kamu itu. Lalu Bunga menjawab, hati-hati kenapa, Mbah, saya saja sudah diperkosa sama bapak. Dari situlah baru pihak keluarga mengetahui kejadian yang dialami Bunga," ujar Suratno menirukan keluarga korban.
Mendengarkan cerita dari Bunga, keluarga korban merasa sangat terpukul, mengapa bapak tirinya tega melakukan perbuatan bejat itu terhadap Bunga. Tanpa berpikir panjang, bersama budenya, Bunga dibawa untuk melaporkan kejadian itu ke Mapolsek Rasau Jaya, Jumat (29/7) pukul 12.00.
Mendapatkan laporan dari korban dan keluarganya, tak lengah polisi pun langsung mendatangi kediaman pelaku di Kubu. Sekitar pukul 15.00 WIB, polisi berhasil mengamankan pelaku. Tanpa melakukan perlawanan, pelaku lantas digelandang ke Mapolek Rasau Jaya untuk menjalani proses lebih lanjut.
"Ketika kita amankan di rumahnya, pelaku tidak melawan dan membantah. Bahkan saat kita tanya, pelaku langsung tahu ditangkap lantaran memerkosa anaknya," katanya.
Suratno menjelaskan, pelaku sehari-harinya bekerja sebagai petani ini, ia melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap Bunga sudah sebanyak tiga kali. Dua kali di rumahnya dan satu kalinya lagi ketika sedang berada di kebun. Pelaku mengancam korban agar tidak menceritakan kejadian ini apa lagi melapor ke polisi.
Akibat perlakuan bapak tirinya itu, korban sempat terlihat trauma dan takut untuk menceritakan kejadian tersebut ketika datang membuat laporan. Kasus ini perlunya penanganan khusus.
Maka, kata Suratno, pihaknya langsung melimpahkan kasus tersebut ke Unit PPA Polresta Pontianak guna ditangani dan diproses lebih lanjut. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatan bejatnya ini, Mn terancam dikenakan pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta Pasal 46 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga. (sul)

Dijanjikan Barbie, Diperkosa

Pontianak – Gara-gara dijanjikan akan dibelikan boneka Barbie, murid kelas enam SD, sebut saja Bunga, 12, dijadikan korban pemuas nafsu Si, 25. Bunga digagahi di semak-semak di wilayah Pontianak Selatan, Senin (10/10) sekitar pukul 14.30. Badariah, ibu Bunga melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Barat. Jajaran Reskrim Poslek Barat melakukan pengejaran. Kurang dari 24 jam, Si diringkus di rumahnya Gang Ridan, Jalan Kom Yos Sudarso Pontianak Barat, Selasa (11/10) pukul 04.00. Penjahat kelamin tersebut digelandang ke Polsek Pontianak Barat.
Kapolsek Barat, Kompol I Gede Sumber Wahyudi SSos, membenarkan adanya laporan pemerkosaan yang dilakukan Si.
“Pelaku kita tangkap pada saat tidur di rumahnya,” ungkap Gede.
Kejadian berawal, Si bertemu Bunga. Niatnya memang akan memerkosa anak bau kencur tersebut. Saat bertemu, Si mengajak Bunga membeli mainan boneka Barbie ke pasar. Karena masih polos dan tidak mengerti apa-apa, Bunga mau saja diajak pelaku. Mereka pergi menggunakan sepeda motor. Di perjalanan, bukannya ke pasar, malah dibawa ke semak-semak di wilayah Pontianak Selatan.
”Ketika di semak-semak itulah, pelaku melakukan perbuatan layaknya suami istri terhadap korban. Sebelum melakukan hal itu, pelaku mengancam korban terlebih dahulu dengan senjata tajam berupa pisau. Tidak hanya itu, pelaku juga memukul korban menggunakan tangan kosong,” jelas Gede.
Gede menjelaskan, karena masih kecil, Bunga tidak bisa melawan dan takut. Setelah diketahui oleh ibunya, akhirnya kejadian itu langsung dilaporkan ke polisi. Meskipun tempat kejadian di wilayah Pontianak Selatan, jajaran Polsek Barat tetap merespons dengan cepat laporan Badariah dan langsung menangkap Si.
”Sementara ini kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap pelaku, korban dan orang tuanya pun sudah dimintai keterangannya. Usai melengkapi segala pemeriksaan dan menyelesaikan Mindiknya, maka kasus ini akan kami limpahkan ke Mapolsek Selatan, guna ditindak lanjuti kembali,” tegasnya.
Si akan dikenakan UU Nomor 23/2002, pasal 81 dan 82, serta diancam hukuman selama 12 tahun penjara. Gede mengimbau warga lebih waspada. Apalagi dengan orang yang tidak dikenal. Jangan sampai tergiur dengan pemberian berupa apa pun, karena pasti ada maunya. (sul)

Bocah Diperkosa di WC

Ketapang – Im, warga Sungai Cina, Ketapang, memerkosa bocah berusia 12 tahun, sebut saja Bunga, yang tak lain adalah muridnya sendiri. Parahnya lagi perbuatannya itu dilakukan di WC. “Diperkosanya sudah dua kali, yang terakhir tadi malam, Senin (24/10) sekitar pukul 00.01. Sampai saat ini korban masih trauma,” kata AKP Temangnganro Machmud SIK, Kasat Reskrim Polres Ketapang, melalui Kaur Bin Ops, Ipda Nursaid, kemarin.
Dikatakannya, berawal ketika sekitar dini hari itu, Bunga yang tengah tertidur pulas ditelepon Im. Mendengar dering HP, siswi salah satu sanawiah tersebut terbangun. Rupanya Im, memintanya untuk datang menemuinya di WC. Ketika itu Bunga mengira Im akan meminta maaf karena memerkosanya pertama kali.
“Kita (petugas, red) masih belum tahu kapan korban diperkosa pertama kali. Dia (korban, red) masih trauma dan belum mau cerita,” ujar Nursaid.
Diceritakannya Im, yang ketika itu menunggu Bunga sempat keluar dari WC. Pasalnya ia ingin memastikan kedatangan Bunga. Singkat cerita, begitu Bunga sampai, Im kembali meneleponnya dan meminta Bunga langsung masuk ke WC.
Rupanya ketika di dalam WC, Im sudah membuka bajunya. Begitu Bunga masuk, berahi Im seketika itu naik ke ubun-ubun. Tanpa basa-basi Im langsung memaksa bocah 12 tahun itu memuaskan nafsu bejatnya. Seolah dibungkam, Bunga tak teriak. Ia takut dengan Im. Pria yang telah kehilangan akal sehatnya itu pun kemudian menggarap bocah malang tersebut.
Usai menggoyang Bunga, menyuruhnya pulang. “Kemungkinan setelah diperkosa itu, Bunga menceritakan kepada orangtuanya,” ujar Nursaid.
Tak terima dengan perlakuan bejat Im, orangtua Bunga kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Mapolres Ketapang. Sementara jika terbukti melakukan pemerkosaan, Im akan dijerat dengan undang-undang perlindungan anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Im membantah telah memerkosa Bunga. Kepada petugas Im mengatakan, kejadian dini hari itu tanpa sebab yang jelas. Warga mengepungnya dan membawanya ke kantor polisi.
“Dia sudah ditahan. Tapi sampai sekarang masih belum mau mengaku. Dia (tersangka, red) bilang tiba-tiba massa datang dan mengepungnya,” ungkap Nursaid. (KiA)

Satpol PP Obok-obok Tempat Mangkal ABG

18 AGB dan Satu Mahasiswa Terjaring

Mempawah, Menindaklanjuti instruksi Bupati Pontianak, Drs H Agus Salim, MM, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Pontianak menggelar operasi penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), Sabtu (13/12) malam. Alhasil, petugas mengamankan 18 ABG pria dan wanita yang sedang bermadu kasih.
Operasi Satpol PP yang di-back up Polsek Mempawah Kota pukul 23.00 itu, dimulai dengan melakukan penyisiran di beberapa lokasi fasilitas umum (Fasum) dan gedung perkantoran yang disinyalir dijadikan tempat mesum dan tongkrongan Anak Baru Gede (ABG), yang telah meresahkan masyarakat. Jembatan Antibar II dan seputar Tugu Adipura disinyalir sebagai tempat yang dipilih pasangan muda-mudi untuk berbuat mesum.
Operasi dipimpin langsung Plt Kepala Satuan (Kasat) Pol PP Kabupaten Pontianak, Heru Agung, dan Kapolsek Mempawah Kota, AKP Gatot Soebari di Jembatan Antibar II. Petugs berhasil mengamankan sejumlah ABG yang diduga membawa minuman keras dan pasangan sejoli yang sedang asyik bermesraan.
Upaya mengamankan ABG tidak mudah. Satpol PP dan Anggota Kepolisian harus kejaran-kejaran dengan ABG yang lari pontang-panting, berusaha melarikan diri melihat kedatangan mobil Dalmas petugas yang masuk dari arah pintu jembatan sebelah Tugu Adipura.
Pasangan sejoli dan ABG yang berupaya memutar haluan kendaraannya menuju pintu keluar jembatan tak bisa mengelak. Petugas yang sudah memprediksikan kondisi itu telah mengepung jembatan, termasuk pintu masuk jembatan dari Desa Antibar. 
Di lokasi yang kerap kali dijadikan sebagai tempat mesum dan tindak pidana perkosaan, petugas berhasil mengamankan 18 ABG dan sejoli pasangan muda-mudi, serta satu mahasiswa Pontianak.
Tak hanya di seputaran Taman Kota, Tugu Adipura dan Jembatan Antibar II, operasi Kamtibmas dilanjutkan dengan melakukan penyisiran di beberapa lokasi fasum perkantoran, dinas dan instansi yang kerap kali dijadikan sebagai tempat kumpulan ABG, dan mereka yang sok jadi preman kacangan.
Dalam operasi lanjutan itu, petugas menemukan sekelompok pemuda yang sedang nongkrong di depan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun). Setelah dilakukan pemeriksaan, petugas tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Kelompok pemuda itu itu kemudian dibubarkan.
Selanjutnya, petugas memutar haluan dan melakukan penyisiran di lokasi gelanggang olahraga (GOR) Opu Daeng Menambon Mempawah, yang menurut laporan masyarakat sering kali dijadikan tempat indehoy. Setelah dilakukan pencarian, hasilnya nihil. Diperkirakan razia telah bocor.
Namun dalam perjalanan pulang, petugas malah menemukan sekelompok pemuda yang terlibat aksi perkelahian antarpemuda di lokasi GOR Mempawah. Kontan saja, petugas bertindak cepat dan sigap serta mengamankan perkelahian.
”Operasi ini berdasarkan instruksi Bupati Pontianak, dalam menindaklanjuti laporan masyarakat terkait adanya beberapa fasum yang selama ini dijadikan sebagai tempat mesum maupun kumpulan preman yang meresahkan warga,” kata Heru Agung didampingi Kasi Ops-nya, Rosmidi AM. (shn)

Kembalikan Kepercayaan Diri Korban Pemerkosaan

Peran Ibu Sangat Dibutuhkan

Suma Jenny Herjanti
Kiram Akbar Suma Jenny Herjanti
 
Ketapang – Pemerkosaan terhadap anak sendiri sudah sering terjadi. Terakhir, seorang bocah 10 tahun, warga Kelurahan Sampit diperkosa ayah tirinya. Secara psikologis pengalaman buruk itu akan sangat membekas. Korban juga akan cenderung tertutup dan minder. “Trauma itu bisa jadi berkepanjangan. Kita miris mendengarnya dan sangat menyayangkan kejadian itu. Bagi si pelaku kita minta dikenakan ganjaran yang maksimal. Sementara untuk korban, terlebih anak-anak perlu penanganan khusus,” kata Suma Jenny Herjanti MH, tokoh wanita Ketapang kepada Equator.
Dikatakannya, hal yang harus dilakukan adalah mengembalikan kepercayaan diri si anak. Di sini peran ibu sangat dibutuhkan dengan memberikan motivasi bagi anak untuk ‘melupakan’ kejadian tersebut. Komunikasi antara ibu dan anak. Tentunya dengan pendekatan-pendekatan persuasif yang menyentuh jiwa si anak.
“Peran lingkungan juga sangat dibutuhkan. Tidak bisa hanya satu sisi saja. Memang ini membutuhkan proses yang lama,” terangnya.
Magister hukum jebolan Universitas Tanjungpura itu menilai, banyaknya kejadian pencabulan atau pemerkosaan terhadap anak sendiri sering disebabkan faktor ekonomi dan tingkat aktivitas yang rendah.
“Banyak kasus pencabulan atau pemerkosaan terhadap anak sendiri terjadi di keluarga yang ekonominya menengah ke bawah. Seorang bapak yang menganggur dan tak ada aktivitas bisa saja melakukan pemerkosaan terhadap anaknya ketika istri tidak di rumah,” bebernya.
Namun bukan berarti kejahatan seksual terhadap anak tidak terjadi di kalangan yang secara ekonomi high class. Hanya saja jarang terungkap ke permukaan. Karena itu lagi-lagi tokoh wanita yang juga anggota DPRD Provinsi ini menekankan peran orangtua dalam mengawasi anaknya.
“Selain bimbingan agama, orangtua terutama ibu juga harus mengontrol aktivitas anak-anak mereka. Lebih baik mencegah sebelum terjadi,” tutupnya. (KiA)

Diduga Hendak Menyerang, 87 Orang Diamankan

Polisi Sita Lima Mandau

Diduga Hendak Menyerang, 87 Orang Diamankan
Petugas bersentaja laras panjang ketika mengamankan
 
Pontianak. Diduga hendak melakukan penyerangan, 87 orang dari Anjongan diamankan belasan polisi bersenjata laras panjang. Petugas juga menyita lima mandau dari salah satu truk yang digunakan massa. Kedatangan massa tersebut dipicu kasus perkosaaan yang menimpa empat anak Rita, warga Sungai Raya, salah seorang keluarga dari massa tersebut. Salah seorang massa mengaku, keempat anak Rita, Mekar, 8, Bunga, 6, Melati, 2, dan Anggrek, 2 bulan (nama keempat korban adalah nama samaran, red) diperkosa, Selasa (4/8) sekitar pukul 15.00 di rumah korban. “Kabar yang kami terima seperti itu. Mereka diperkosa ketika ibunya sedang keluar rumah. Ibunya kaget ketika melihat kemaluan anaknya berdarah,” kata salah seorang massa kepada wartawan. Dua truk berisi 87 massa dan sebuah mobil kijang KB 1151 JA tersebut ditahan di samping Asrama Brimob, Rabu (5/8) sekitar pukul 01.00 dini hari. Ketika ditahan, salah seorang dari massa mengatakan kedatangan mereka adalah untuk menjemput Rita dan keluarganya. “Kami bukan mau menyerang, tapi mau menjemput korban perkosaaan di Sungai Raya. Ini masalah hidup dan mati pak! Yang diperkosa itu adik beradik, empat orang. Sementara orang tuanya sedang sakit. Kami berencana menjemput mereka pulang (ke Anjongan, red),” kata salah seorang massa kepada petugas. Meski demikian petugas tetap tak bergeming. Tak beberapa lama beberapa petugas Brimob berseragam lengkap dengan senjata laras panjang datang untuk mengantisipasi keributan. Kepada petugas massa bersikeras agar diperbolehkan lewat untuk menjemput keluarganya itu. Berselang beberapa menit kemudian Kasat Reskrim Poltabes AKP Sunario SIK datang ke lokasi kejadian bersama beberapa anggotanya yang juga menenteng senjata laras panjang. Negosiasi antara massa dari Anjongan dan Kasat pun dilakukan. Alhasil, massa pun kemudian ‘menyerah’ dan kemudian dibawa ke aula Mapoltabes Pontianak. “Berita yang mereka (massa, red) dengar bahwa ada keluarga mereka yang diperkosa. Akan tetapi hari ini (kemarin, red) belum ada laporan masuk ke kita (polisi, red). Meski tidak ada yang ditahan, tapi sajam yang mereka bawa tetap kita sita,” ujarnya usai memberikan pengarahan kepada massa di aula Mapoltabes Pontianak. Sementara itu Rita beserta dua anaknya yang diduga korban perkosaan mendatangi Mapoltabes Pontianak. Bocah 9 tahun, Kumbang (nama samaran, red) yang diduga pelaku perkosaan juga telah diamankan polisi hari itu juga. “Tapi kita masih lakukan pemeriksaan dulu, apakah benar dia (kumbang, red) yang melakukan perkosaan terhadap empat anak Rita. Dia kita jemput di rumahnya. Kebetulah dia dan korban ini tetangga dekat,” ungkap Kasat. Sementara Rita membuat laporan, massa yang diamankan mendapat pengarahan dari Kasat. Sekitar pukul 02.30 seluruh massa balik kanan. Sedangkan kumbang masih diperiksa intensif terkait kasus tersebut. (KiA)

Trafficking dan Sexual Abuse Kalbar Peringkat III

Trafficking dan Sexual Abuse Kalbar Peringkat III
Kasubdit perlindungan dan advokasi sosial anak direktorat pelayanan sosial Depsos RI, Drs Kiki Riyad
 
Pontianak, Lain HIV/AIDS, lagi lagi cerita perdagangan manusia (trafficking) dan kekerasan seksual (sexual abuse). Kalbar termasuk daerah peringkat ketiga kasus trafficking dan sexual abuase.
“Kalau tidak salah Kalbar berada di posisi ketiga setelah daerah Jawa Barat dan Jawa Timur,” kata Kasubdit Perlindungan dan Advokasi Sosial Anak Direktorat Pelayanan Sosial Depsos RI, Drs Kiki Riyadi MSi saat mengunjungi korban perkosaan di Polsekta Pontianak Utara, Senin (1/12) tadi malam.
Dijelaskan Kiki, data yang mereka miliki terjadi trend peningkatan tajam trafficking dan sexual abuse. Meskipun belum ada data yang mendukung mengenai trend peningkatannya, namun hal ini disinyalir terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
“Secara pasti saya lupa berapa angka peningkatannya. Namun, secara umum hal ini terus mengalami peningkatan terlebih pada tahun 2008,” papar Kiki kepada Equator, tadi malam.
Kunjungan Kiki, ke Kalbar salah tujuannya yakni ingin bertemu dengan korban perkosaan yang terjadi di wilayah hukum Pontianak Utara yang menyeret As, salah seorang oknum ketua lembaga pendidikan. “Saya ke Kalbar ada tujuan lain, namun salah satu agenda saya yakni hendak bertemu dengan korban perkosaan yang saat ini tengah hamil empat bulan,” ungkapnya.
Dalam kunjungan tersebut, pihaknya juga ingin sharing pendapat dengan korban. “Kalau kami tergantung anaknya, jika anaknya mau di bawa ke Rumah Sosial Perlindungan Anak (RPSA, red) di Jakarta, kami siap membawanya. Namun, semuanya tergantung keinginan anak, sebab jika salah-salah mental anak bukan lebih baik tapi sebaliknya,” ujarnya.
Jika tetap di Pontianak, pihaknya juga berpesan kepada orang tua maupun pendamping untuk selalu mengawasi mental dan kesehatan anak. Hal ini mengingat mental anak itu sedang labil dan tengah hamil. “Kesehatan dan mental anak mesti kita dahulukan,” pesannya.
Kendati demikian, Kiki membantah kalau kedatangannya ke Kalbar dalam rangka untuk ikut mengawal kasus hukum korban yang saat ini sedang hamil. “Masalah hukum kami tidak ingin intervensi, dari dulu sampai sekarang kami serahkan kepada pihak berwajib,” tandasnya.
Hal senada juga dikatakan Direktur Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kalbar, Devie Tiomana ST MM. Pihaknya, tetap menyerahkan semua hal itu kepada korban. “Kami tetap memberikan keleluasaan kepada korban, apakah mau ke Jakarta atau tetap di Pontianak. Tapi hal yang paling penting adalah bagaimana keluarga bisa menjaga keamanan serta mental korban,” ungkap Devie.
Depsos, kata Devie, dalam hal ini tetap memberikan perhatian kepada kasus-kasus seperti ini. “Depsos tetap memberikan perhatian dengan kasus ini,” terangnya.
Data YNDN, sedikitnya 12 anak sudah berada di RSPA guna menjalani pemulihan. Sementara delapan di antaranya adalah anak dengan kasus kekerasan seksual. “Dan kita adalah daerah dengan pengirim nomor tiga  terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur,” tegasnya. 
Sementara korban yang saat itu didampingi paman dan ibunya mengatakan, akan mencoba di Pontianak dulu. “Kami dari keluarga tetap akan mempertimbangkan hal ini, namun untuk sementara saya tetap memilih di Pontianak saja,” jelas Bunga bukan nama sebenarnya. (lil)

Santri 11 Tahun Diperkosa di Tambak Ikan

Santri 11 Tahun Diperkosa di Tambak Ikan
 
Peniraman. Santri Nurul Jihad Desa Peniraman, Bulan, 11 (nama samaran) harus menanggung aib. Ia diperkosa Ab, 20, warga Peniraman di tambak ikan di Desa Purun, Minggu (21/12) sekitar pukul 11.00. Tersangka kini diamankan di Mapolsek Pinyuh.
Penuturan Bulan saat menyampaikan laporannya di Mapolsek Sungai Pinyuh, perkosaan terhadap dirinya terjadi ketika dia hendak pulang ke tempat orang tuanya di kawasan Jeruju Pontianak. Tiba-tiba Bulan dihampiri Ab yang menawarkan jasa mengantarkannya pulang ke Pontianak menggunakan sepeda motor.
Santri yang masih duduk di bangku Madrasah Ibtidayah (MI) awalnya menolak ajakan Ab. Namun, Ab terus melancarkan rayuan mautnya. Akhirnya Bulan yang polos dan lugu itu manut saja untuk mengikuti Ab. Tanpa rasa curiga, Bulan pun berangkat dari Desa Peniraman menuju Kota Pontianak berbocengan dengan Ab.
Saat sampai di Desa Purun, Ab lantas membelokkan laju kendaraannya di sebuah lokasi tambak ikan. Bulan yang tak mengerti maksud Ab hanya diam saja. Sampai di semak-semak, Ab lantas meminta Bulan turun. Semula Ab merayu Bulan agar mau melayani nafsunya. Tentu saja gadis bau kencur itu menolak. Ab yang nafsunya sudah ke ubun-ubun memaksa dengan melakukan tindakan keras.
Tangan Bulan ditarik paksa. Bulan mencoba melawan, tapi tidak berdaya. Dalam ketidakberdayaan itu, Ab melucuti pakaian Bulan satu per satu. Ketika pakaian Bulan sudah terlepas, Ab-pun melampiaskan nafsu bejatnya. Bulan hanya bisa menangis menahan sakit akibat ditindih Ab.
Puas melampiaskan nafsu setannya, Ab lantas meninggalkan Bulan begitu saja seorang diri di semak-semak. Bulan yang kehabisan tenaga, hanya bisa menangis. Seorang warga melintas di tempat sepi itu dan mendengar tangisan di balik semak. Setelah diampiri, ternyata Bulan dengan pakaian lusuh sedang menangis.  Bulan menceritakan kejadian sial yang telah menimpanya.
Mendengar penuturan Bulan, warga itu kemudian mengantarkan korban perkosaan ke Mapolsek Sungai Pinyuh. Mendapat laporan, anggota Mapolsek Sungai Pinyuh lantas langsung bergerak cepat. Identitas Ab berhasil didapatkan.
Pada hari itu juga, Ab ditangkap tanpa perlawanan di kediamannya. Setelah diinterogasi, Ab mengakui perbuatannya terhadap perkosaan yang dilakukannya terhadap Bulan.
Di lain pihak, pengasuh Pondok Pesantren (Pontren) Nurul Jihad Desa Peniraman, Abuyah Muhlis yang dikonfirmasi terkait perkosaan terhadap santrinya itu membantah kalau Bulan adalah santri Pontren yang diasuhnya. “Dia (Bulan, red) bukan santri di sini. Sejak dua hari lalu sudah meninggalkan Pontren. Dia mengaku mau pulang ke rumah orang tuanya di Kota Pontianak,” kata Abuyah ditemui di ruang mengajarnya, kemarin. 
Meski demikian, Abuyah mengaku kalau Bulan memang sejak satu minggu lalu berada di Pontren miliknya.  Saat itu, Bulan ditemukan warga setempat sedang membutuhkan pertolongan akibat kelelahan mengayuh sepeda dari Kota Pontianak hendak ke Sanggau.
“Menurut ayahnya, Bulan memang mengalami gangguan mental dan sering meninggalkan rumah. Saat diketemukan warga beberapa waktu lalu, dia berniat mendatangi ibunya yang bekerja di Kabupaten Sanggau. Namun, sesampainya di Desa Peniraman dia kelelahan. Salah satu warga menyarankan agar Bulan dibina dan didik di Pontren ini,” tutur Abuyah.
Selang beberapa hari kemudian, cerita Abuyah, ayah Bulan datang ke Pontren dan meminta agar Bulan pulang kembali ke Kota Pontianak. Namun, saat itu Bulan menolak ikut ayahnya dan memilih untuk tinggal di Pontren.
“Sebagaimana syiar Islam, kami tidak bisa menolak keinginan Bulan yang berniat menimba ilmu agama di Pontren ini. Namun, entah mengapa tiba-tiba saja Bulan meninggalkan Pontren. Kemudian, saya mendapatkan informasi dari kepolisian kalau Bulan diperkosa dalam perjalanan pulangnya ke Kota Pontianak,” pungkasnya.(shn)

FKPM Sesalkan Perkosaan oleh Oknum Polisi

Ngabang, Kasus pemerkosaan gadis di bawah umur, Bunga-bukan nama sebenarnya-, 16, warga Desa Raja Kecamatan Ngabang yang dilakukan oknum anggota Polres Landak, HSS, 22, asal Medan sangat disesalkan berbagai pihak. Seharusnya polisi menjadi teladan masyarakat, tapi malah mencoreng korps berbaju cokelat itu.
“Kita sangat menyesalkan peristiwa ini, dan mencoreng nama baik korps kepolisian yang ada di Landak ini. Kita minta kepada pimpinan kepolisian agar bertanggungjawab, karena masyarakat akan menilai keberhasilan kepemimpinannya,” ungkap Wakil Ketua Forum Komunikasi Polisi Masyarakat (FKPM) Ngabang, Iskandar M Haris kepada wartawan, Sabtu (11/10).
Iskandar sangat menyayangkan tindakan tidak senonoh yang dilakukan HSS terhadap Bunga di Kantor Bupati Landak, yang merupakan gedung kebanggaan dan termegah di pemerintahan di Kalbar ini. “Sekali lagi sangat kita sesalkan, gedung pemerintahan malah dijadikan tempat berbuat asusila,” ungkap Iskandar.
Selaku tokoh masyarakat, kata Iskandar, mengatakan perbuatan tak senonoh yang dilakukan oknum polisi bukan hanya yang menimpa bunga. Ada beberapa kasus lain, seperti pemerasan dan tindak kekerasan dalam rumah tangga. “Nah, kami selaku Polmas (Pemolisian Masyarakat) punya tanggungjawab untuk mengingatkan kepada pimpinan tertinggi di jajaran kepolisian, jika ada oknum polisi melanggar hukum, agar di tindak tegas jangan malah ditutupinya,” tegas Iskandar yang juga Ketua Majelis Adat Budaya Melayu itu.
Terpisah, AZ, orangtua Bunga kembali mengisahkan peristiwa yang merenggut keperawanan putrinya. Musibah itu berawal ketika Bunga kenal dengan HSS melalui Short Message Service (SMS).
Hingga akhirnya, suatu malam pelaku datang ke rumah orangtua Bunga, dan mengajak jalan-jalan sambil  membeli nasi goreng. Tapi apesnya, bukan malah menuju di pasar malam lapangan Bardanadi, tapi ditancap di kantor bupati yang saat itu masih gelap ditambah turun hujan.
“Pada saat itu Bunga digerayangi, tangannya dipegang dihentakkan di tangga kantor tersebut. Kemudian diantar pulang dengan diancam agar jangan di bilang kepada orangtua,” turut AZ.
Kejadian sama dilakukan kedua kalinya di kios kawasan KM 3. Setelah melancarkan aksinya, HSS, kata AZ, anaknya selalu dicancam. Perbuatan asusila itu diketahui ketika AZ melihat perut putrinya kian membesar. “Kita waktu itu mau melaporkan kepada Polres, karena pelaku mau bertanggungjawab maka dinikahkan. Tapi sekarang malah tidak di kasih nafkah dan di tinggalkan,” sesal AZ. (rie)